Jumat, 26 Desember 2008

KEPEMIMPINAN MELALUI KECERDASAN MANUSIA

KEPEMIMPINAN MELALUI KECERDASAN MANUSIA
(Oleh: Ns. Pius A. L. Berek)


“Jauh didalam diri manusia terdapat kekuatan-kekuatan yang masih tertidur nyenyak; kekuatan yang akan membuat mereka takjub, dan yang tidak pernah mereka bayangkan bahwa mereka memilikinya; kekuatan yang apabila digugah dan ditindaklanjuti akan mengubah kehidupan mereka dengan cepat.”
(Orison Marden)


KEPEMIMPINAN DAN KECERDASAN MANUSIA

Dalam kehidupan sehari-hari selalu ada pertanyaan berikut ini: “Apakah seorang pemimpinan dilahirkan atau dibentuk secara sengaja melalui latihan ataukah dari kondisi lingkungannya?” Pertanyaan itu sesungguhnya adalah sebuah pertanyaan yang sangat menarik karena tidak satupun dari kedua pilihan itu benar.

Lalu bagaimana para pemimpin itu berada di tengah-tengah kita? Jawabannya adalah bahwa menjadi seorang pemimpin adalah suatu pilihan pribadi. Pilihan pribadi yang didasarkan pada disiplin maupun tanggapan yang dilakukan dalam setiap perilaku dan sikap mereka.

Beberapa pendapat yang mengatakan bahwa menjadi pemimpin dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan. Namun demikian, kadang-kadang dalam berbagai pendidikan dan pelatihan selalu ada orang-orang yang tidak mendapat manfaat dan anehnya tidak berubah sama sekali. Mengapa hal itu terjadi? Karena tindakan setiap orang pada paska pendidikan dan pelatihan adalah merupakan suatu pilihan. Pilihan untuk mengikuti apa yang telah diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang telah diikutinya. Mau mengaplikasikan ataukah tidak? Ini adalah suatu komitmen.

Pilihan untuk menjadi pemimpin secara keseluruhan didorong oleh kombinasi dari empat macam kecerdasan manusia (Covey, 2004). Setiap manusia memiliki komposisi yang terdiri dari empat bagian yaitu badan (body), pikiran (mind), perasaan (heart), dan jiwa (spirit). Keempat bagian itulah yang akan mengendalikan apa yang kita lakukan, kita pikirkan, dan kita perjuangkan. Dari keempat bagian tersebut, setiap manusia memiliki kemampuan yang dsiebut Mental Inteligence/Inteligence Quotient (IQ), Physical Inteligence/Physical Quotient (PQ), Emotional Inteligence/Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Inteligence/Spiritual Quotient (SQ) yang sesungguhnya sudah kita miliki sejak lahir dan terus berkembang sejalan dengan perkembangan umur. Kombinasi dari keempat kecerdasan tersebut membantu kita untuk membuat pilihan atas tindakan yang diinginkan. Itulah yang menentukan apakah kita masing-masing bisa menjadi pemimpin atau tidak.

Apa yang dimaksud dengan keempat kecerdasan tersebut?

a. Mental Intelligence/Inteligence Quotient (IQ)
Mental Intelligence yang lebih sering diukur dalams ebutan IQ adalah kecerdasan setiap manussia untuk menganalisis, berpikir secara logika, menggunakan bahasa, mengartikan visual, dan mengartikan apa yang ditangkap oleh indra kita. Artinya bahwa kecerdasan jenis IQ ini adalah kecerdasan yang berasal dari pikiran (mind) kita.
Dimasa lampau, cerdas tidaknya seseorang paling sering diukur dengan IQ. IQ yang tinggi berarti orang tersebut pandai, sedangkan IQ yang rendah berarti orang tersebut tidak memiliki kemampuan. Sayangnya, ukuran itu meknjadi terlalu sempit karena dalam penemuan-penemuan belakangan ini, kita mengenal apa yang disebut dengan Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk (Gardner, 2003). Dalam teori tersebut, setiap orang bisa memiliki berbagai kecerdasan yang berbeda-beda sehingga walaupun IQ yang dimiliki tidak terlalu tinggi, tidak berarti orang tersebut bodoh.
Teori Multiple Intelligence mengatakan bahwa terdapat delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, matematika dan logika, visual dan spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, kinestetik, dan naturalis (Gardner, 2003). Keyakinan bahwa IQ tinggi menentukan keberhasilan seseorang tidak lagi benar. Dalam kenyataannya, IQ tinggi tidaklah selalu berhasil dan IQ rendah tidaklah selalu gagal. Kecerdasan Ini sebenarnya dimiliki oleh semua manusia.
b. Physical Intelligence/Physical Quotient (PQ)
PQ atau kecerdasan fisik adalah satu kecerdasan untuk mengendalikan fungsi dari tubuh kita. Kecerdasan ini lebih sering tidak disadari karena tubuh kita sepertinya sudah berjalan dengan sendirinya. Namun setiap saat, tubuh kita memeriksa kondisi fungsi tubuh, menghancurkan penyakit, dan berjuang untuk terus hidup (Covey, 2004).
Pernahkah kita mendengar mujizat bahwa ada orang yang sembuh dengan sendirinya tanpa obat apapun ? Kita percaya akan kekuatan dari tabngan Tuhan, dan melalui kecerdasan fisik itulah Tuhan benar-benar mewujudkannya.
Kita kadang-kadang bekerja mati-matian untuk mencari uang yang banyak dan melupakan kesehatan. Pada hari tua bisa-bisa uang yang kita dapat itu habis hanya untuk mengobati penyakit yang sudah kita kumpulkan sejak masih muda. Agar menjadi pemimpin yang baik untuk segala masa, maka sebaiknya PQ ini penting untuk dikembangkan agar tidak menyesal dikemudian hari.

c. Emotional Intelligence/Emotiona Quotient (EQ)
EQ atau kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk mengendalikan emosi, bagaimana seseorang menyadari emosinya bereaksi dalam kondisi dan situasi tertentu. Bisa juga dikatakan sebagai pengetahuan atas diri pribadi, kesadaran diri, sensitivitas sosial, empati, dan kemampuan untuk berkomunikasi secara sukses dengan orang lain (Covey, 2004 ; Goleman, 2003).
Goleman (2003) mengatakan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan lebih banyak oleh kecerdasan emosionalnya dibandingkan dengan kecerdasan mental atau IQ yang kita kenal sebelumnya. Banyak orang yang memiliki IQ tinggi tetapi EQ rendah menemukan kegagalan dalam kehidupan sosial maupun kariernya. Hal ini lebih dipengaruhi oleh ketidakmampuan untuk melakukan komunikasi sosial dengan lingkunan sekitar sehingga orang tersebut gagal dalam hidup sosialnya dan sulit untuk berkembang.
Dengan demikian teori EQ telah mematahkan keyakinan masyarakat pada umumnya bahwa keberhasilan dalam hidup hanyha bisa dicapai oleh manusia yang memiliki IQ yang tinggi.
Namun demikian, kita-kita harus berhati-hati dalam mengartikan kepentungan kecerdasan emosional dan tidak menganggap bahwa itu berarti kita tidak boleh memiliki emosi. Emosi tetaplah penting karena itu merupakan mata hati kita sendiri. Kadangkala, emosilah yang mendorong kita untuk menyelesaikan masalah – masalah disaat yang kritis (Goleman, 2003).
Pengertian tersebut membawa kita kepada pemahaman bahwa sesungguhnya tantangan kita adalah kemampuan untuk menyelaraskan EQ dengan IQ sehingga berbagai tindakan bisa dilakukand engans eimbang.

d. Spiritual Intelligence/Spiritual Quotient (SQ)
SQ atau kecerdasan spiritual aalah kecerdasan yang relatif dianggap baru, yaitu kecerdasan untuk memahami hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, yakni Tuhan (Covey, 2004).
Saat ini SQ dianggap menjadi salah satu hal yang terpenting dan mendasari seluruh kecerdasan lainnya karena kecerdasan yang satu ini menjadi sumber panduan dari tiga kecerdasan lainnya. SQ mewakili dorongan dari manusia untuk mencari arti dan hubungan dengan Yang Maha Kuasa (Martin, 20030.
SQ juga membantu manusia dalam membarikan arah (Kompas). Keberadaan SQ memunculkan kerinduan dalam diri manusia untuk mencari arti, visi, dan nilai kehidupan sehingga mabusia memiliki kemampuan untuk bermimpi dan berjuang untuk kehidupan yang dicita-citakan.

MENGEMBANGKAN KECERDASAN
1. Mengembangkan PQ
a. Kendalikan nafsu makan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat
v Minumlah air putih sebanyak 6 – 10 gelas perhari
v Pilihlah makanan yang sehat dan seimbang dalam nutrisi dan dengan porsi yang cukup, tidak kurang ataupun lebih. Jangan sampai salah kaprah. Mengendalikan nafsu makan tidak berarti harus diet secara berlebihan.
b. Melakukan olahraga yang teratur secara konsisten
v Olahraga secara teratur dan tidak berlebihan, contohnya berenang, lari pagi, bersepeda, dsb.
v Pilihlah olahraga yang bervariasi, bukan terbatas pada satu jenis olahraga saja dan bahkan secara berlebihan karena itu bisa menyebabkan cedera fisik.
v Selalu mulai dengan berpikir bahwa ada 168 jam perminggu, dan olah raga hanya mamakan waktu 1-2 jam saja dalam satu minggu
c. Atur istirahat yang sesuai, relaksasi, manajemen stres, dan berpikirlah untuk mencegah penyakit daripada mengobatinya
v Walaupun dalam pekerjaan ditemui banyak stres, sisakan waktu untuk beristirahat dan berelaksasi untuk menenangkan pikiran
v Pilihlah waktu untuk menyendiri dan menenangkan pikiran. Jika memungkinkan bisa juga lakukan meditasi
v Berpikirlah mengenai pencegahan penyakit dan jangan menunggu sampai sakit baru mengobatinya
2. Mengembangkan IQ
a. Belajar dan terus mengembangkan kemampuan diri secara kontinu dan sistematik
v Berkomitmen untuk terus belajar, bertumbuh dan mengembangkan diri
v Bersikap fleksibel terhadap perubahan dan bersedia beradaptasi dengan perubahan yang ada
v Mengatur apa yang ingin dipelajari sehingga kita bisa memfokuskan pada apa yang menjadi peioeitas utama untuk dipelajari
b. Menumbuhkan kesadaran diri
v Kesadaran diri berarti menyadari apa yang akan dikerjakan sebelum melakukannya. Berpikir dulu sbeelum bertindak
v Berpikirlah di luar kotak (think outside the box) dan terbukalah terhadap berbagai kemungkinan
c. Belajar dengan mengajar orang lain dan melakukannya sendiri
v Dengan mengajar orang lain dan melakukan sendiri apa yang ingin kita pelajari, kita bisa mencapai internalisasi atau pemahaman yang mendalam terhadap sesuatu yang ingin kita pelajari
3. Mengembangkan EQ
a. Kembangkan kesadaran diri
v Sama seperti pengembangan PQ, kita perlu berpikir sebelum bertindak. Itu adalah satu hal yang sulit, tetapi bisa mendasari kesadaran diri kita.
b. Tingkatkan motivasi diri
v Mengatur prioritas, tujuan, dan nilai hidup yang ingin dianut. Dengan melakukannya, kita akan bisa mengatur diri dengan lebih baik
c. Mengatur diri sendiri
v Mengutamakan hal-hal yang diprioritaskan dalam hidup, lalu hidup dengan melakukan hal-hal tersebut
v Lakukan pembaruan pada diri sendiri secara konstan
d. Meningkatkan empati kepada orang lain
v Empati berarti lebih sensitif dan sadar akan situasi yang terjadi, sebelum berusaha untuk mengerti dan mempengaruhi orang lain, maupun membantu keputusan atau penilaian
e. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi
v Berpikir dengan kerangka ‘Win – Win’ atau sama-sama memperoleh keuntungan sehingga hubungan dengan sesama bisa lebih baik. Dari sini diharapkan pencapaian sinergi dalam hubungan sosial kita
v Mencoba memahami orang lain terlebih dahulu sebelum meminta orang lain memahami kita
4. Mengembangkan SQ
a. Kembangkan integritas
v Cara terbaik untuk mengembangkan integritas adalah dengan memulai dari sesuatu yang kecil, yaitu membuat janji dan menepatinya. Hal ini berlaku, baik untuk janji pada diri sendiri maupun kepada orang lain. Ketika mulai bisa menepati janji yang kecil, Anda bisa mulai menabung untuk menepati janji yang lebih besar
v Kembangkan kesadaran diri, yaitu memahami apa yang mampu dilakukan dan mana yang belum. Dengan kesadaran itu, kita bisa menghindari resiko menurunnya integritas sendiri
b. Kembangkan arti kehidupan kita
v Mulailah mnentukan tujuan kehidupan jika kita belum memilikinya agar bisa menemukan arti hidup, baik bagi diri sendiri maupun orang-orang yang kita sayangi
v Yakinlah bahwa tujuan yang Anda tentukan membuat Anda merasa telah memberikan kontribusi kepada orang lain
c. Kembangkan diri kita
v Menyelaraskan apa yang dikerjakan dengan talenta atau bakat kita serta panggilan hidup kita



Referensi
Covey, S. R. (2004). The 8th Habits. New York: Free Press
Gardner, H. (2003). Kecerdasan Majemuk. Terjemahan. Batam: Interaksa
Goleman, D. (2003). Kecerdasan Emosional. Terjemahan. 13th Ed. Jakarta: Gramedia
Tjiharjadi, S. (2007). To Be A Great Leader. Yogyakarta: Andi

1 komentar:

  1. Bagi saudara-saudara yang tertarik untuk memberikan komentar akan tulisan diatas, kami tunggu dengan senang hati.

    Salam

    BalasHapus