Sabtu, 23 Mei 2009

Efektivitas Vagal Nerve Stimulation (VNS) Therapy terhadap Disritmia Jantung

Efektivitas Vagal Nerve Stimulation (VNS) Therapy terhadap Disritmia Jantung
(Ns. Pius A. L. Berek)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom melalui plexus cardiacus yang terletak di bawah arkus aorta. Saraf simpatis berasal dari bagian cervicale dan thoracale bagian atas truncus sympathycus, dan persarafan parasimpatis berasal dari nervus vagus. Serabut-serabut postganglionik simpatis berakhir di nodus sinusatrial dan nodus atrioventrikular, serabut-serabut otot jantung dan arteria koronaria. Perangsangan saraf simpatis mengakibatkan akselerasi jantung, meningkatkan denyut jantung (daya kontraksi otot jantung) dan dilatasi arteria koroner. Sedangkan perangsangan saraf parasimpatis mengakibatkan berkurangnya denyut jantung (daya kontraksi otot jantung) dan konstriksi arteria koroner. Serabut-serabut aferen yang berjalan bersama nervus vagus mengambil bagian dalam refleks kardiovaskular. (Tortora & Derickson, 2007)
Infark miokard akut (IMA) adalah suatu keadaan di mana terjadi nekrosis otot jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai oksigen yang terjadi secara mendadak (Brunner – Suddarth, 2002). IMA yang sering dikenal sebagai serangan jantung ini merupakan suatu serangan yang terjadi secara tiba – tiba dan sulit diduga hasil akhirnya. Umumnya kematian yang terjadi akibat serangan jantung ini sangat cepat hanya dalam hitungan menit. Serangan jantung yang biasa dikenal dengan Infark Miokard ini terjadi sebagai akibat dari proses rusaknya jaringan miokardium (otot miokardium) akibat suplay darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner menjadi berkurang. Penyebab penurunan suplai darah ini mungkin akibat dari penyempitan kritis dari arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total oleh emboli atau thrombus. Juga karena syok atau perdarahan. Hal – hal tersebut akan menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan akan oksigen jantung. Satu hal yang terjadi pada jantung sendiri bahwa ketika jantung mengalami ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, secara otomatis jantung akan melakukan kompensasi dengan cara mempercepat frekuensi jantung yang pada akhirnya akan meningkatkan kontraksi jantung. Kontraksi jantung (ventrikel) akan menghasilkan sebaran atau ejeksi sejumlah darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Namun apabila terjadi suatu ketidakseimbangan pada salah satu sifat dasar jantung, maka terjadilah irama dan frekuensi jantung yang tidak diharapkan yang dikenal sebagai disritmia.
Disritmia adalah suatu kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya (Brunner – Suddarth, 2002). Ketidakseimbangan pada salah satu sifat dasar otot jantung dapat disebabkan oleh aktivitas normal seperti pada saat latihan, namun lebih banyak sering terjadi karena keadaan patologis seperti infark miokard. Pada infark miokard, terjadi peningkatan respons miokardium terhadap stimulus akibat penurunan oksigenasi ke miokardium yang menyebabkan terjadinya peningkatan eksitabilitas. Kelainan irama dan atau frekuensi pada kondisi disritmia ini dapat terjadi dimana saja pada bagian jatung, baik pada nodus atria, nodus AV maupun di ventrikel. Berbagai lokasi ini akan memberi nama untuk tiap jenis disritmia. Hal buruk yang terjadi dari disritmia ini adalah frekuensi jantung yang sangat cepat sehingga jantung sulit memberikan darah kepada arteri koronernya sendiri. Kondisi kurangnya suplai darah ke arteri koroner ini akan berdampak bagi individu dimana akan mengalami serangan jantung. Apabila terlambat ditangani, maka kematian akan segera terjadi. Adapun jenis disritmia yang terjadi dan menghasilkan frekuensi jantung yang cepat tersebut antara lain atrial flutter dengan frekuensi 250 – 400 kali/menit. Atrium flutter terjadi bila ada titik focus di atrium yang menangkap irama jantung dan membuat impuls menjadi cepat. Frekuensi yang sangat cepat ini akan menyebabkan penurunan pengisian arteri koroner yang akan menurunkan curah jantung. Hal ini terjadi karena impuls yang sangat banyak dari atrium menyebabkan hantaran rangsangan ke ventrikel sehingga ventrikel berespons begitu cepat. Akibat dari kondisi ini akhirnya mengurangi pengisian ventrikel. Pada saat yang sama volume sekuncup juga mengalami gangguan. Agar kondisi ini tidak berkelanjutan dan kualitas hidup pasien dapat dipertahankan, maka perlu adanya suatu penanganan professional agar kematian akibat masalah jantung ini dapat ditekan hingga titik serendah-rendahnya.
VNS terapi merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan teknik untuk melakukan rangsangan pada nervus vagus. Bermula dari suatu pemandangan menarik sejak tahun 1880 dimana adanya massage dan penekanana manual pada arteri carotis leher dapat menekan serangan seizure sebagai efek dari rangsangan pada nervus vagus. Dilanjutkan dengan penelitian sepanjang tahun 1930 – 1940 dan didapatkan hasil bahwa VNS ini akan mempengaruhi aktivitas listrik otak dan memberikan kenyamanan bagi pasien tersebut. Hal yang sama juga diberikan kepada pasien depresi, dan ternyata memberikan hasil yang menggembirakan. Dengan berlalunya waktu, studi menarik telah dilakukan pula untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan lainnya diantaranya adalah masalah atrial fibrilasi.
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melihat lebih jauh tentang efektifitas stimulasi nervus vagus pada pasien disritmia. Semua tindakan ini adalah merupakan sebuah strategi terbaik untuk mencari dasar intervensi yang rasional dalam mengembangkan ilmu keperawatan masa mendatang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memahami efektifitas stimulasi nervus vagus pada pasien disritmia
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi nervus vagus
b. Menjelaskan efek stimulasi nervus vagus
c. Menganalisa penanganan disritmia dan kesenjangan antara teori dan praktik
d. Menganalisa kelebihan dan kelemahan dari VNS terapi
e. Memahami peran perawat spesialis

C. MANFAAT
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Sebagai bahan rujukan intervensi dalam memberikan pelayanan keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Menambah khazanah keilmuan terutama mengenai efektifitas vagal nervus stimulasi dalam mengatasi masalah disritmia.
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Berhubung penelitian terkait topik ini masih sangat minim, diharapkan makalah ini menjadi dasar acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Banyak aspek dapak dikembangkan karena iyakini bahwaterapi alternatif sangat disarankan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami. Dari sini perawat akan menemukan banyak fenomena yang menarik untuk dilakukan penelitian yang lebih lanjut.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Anatomi fisiologis
a. Anatomi saraf parasimpatis dan jantung
Bodi sel dari saraf preganglionik terletak didalam nuclei vagal (dorsal motor neuron pada vagus dan ambiguus nuclei). Axon dari neuron ini terbagi menjadi dua bagian: bilateral vagus nervus yang melewati ujung arteri carotis dan sinaps neuron postganglionik yang terletak pada permukaan jantung yang sangat dekat pada SA node dan AV node.
Walau terjadi overlap, vagus kanan inervasi terbesar pada jantung dan bersentuhan langsung dengan SA node, sedangkan vagus kiri berpengaruh besar pada AV node. Sehingga rangsangan elektrik pada vagus kanan akan menurunkan otomatisasi dari SA node (memperlambat kerja jantung, bahkan terjadi henti jantung), sedangkan rangsangan pada vagus kiri akan menghasilkan AV blok yang bervariasi.

b. Mekanisme kerja saraf parasimpatis
Potensial aksi pada postganglionik saraf parasimpatis akan menyebabkan pelepasan neurotransmiter (Acetylcholin = ACh). ACh akan berikatan dengan reseptor Muscarinic cholinergic dan secara cepat akan membuka saluran ion ligand-gated, menyebabkan konduktansi K+ menjadi meningkatkan didalam sel pacemaker. Akibatnya akan segera terjadi hiperpolarisasi potensial membran serta menurunkan kecepatan fase ke-4 depolarisasi dan automatisasi pacemaker. Dengan demikian terjadilah perlambatan kontraksi jantung.
Rangsangan parasimpatis jantung tidak mempunyai efek yang signifikan pada kontraksi ventrikel. Reseptor muscarinic dirangsang oleh agonist parasimpatis: muscarine dan dapat diblok atau dihambat oleh antagonist muscarinic: atropin.
Aksi parasimpatis pada otot kardiak secara cepat dapat dihentikan dengan degradasi enzimatic acetylcholine (acetylcholinesterase). Konsentrasi cholinesterase yang tinggi pada SA node dan AV node akan menyebabkan vagal inhibisi pada heart rate dengan sangat cepat (50 – 100 msec). Karena aksi parasimpatis ini sangat cepat, maka aksi parasimpatis ini dapat digunakan untuk menurunkan heart rate.
Sistem saraf parasimpatis berinervasi secara efektif hanya pada beberapa area jantung, yaitu SA node, AV node dan saluran konduksi atrial. Sistem saraf parasimpatis ini kurang berpengaruh pada serabut-serabut kontraktil jantung. Rangsangan yang kuat pada psistem saraf parasimpatis jantung akan menyebabkan kontraksi jantung yang sangat lambat bahkan bisa menyebabkan henti jantung. Hal ini disebabkan karena konduksi yang melewati jantung telah dihambat dan menjadi sangat lambat terutama pada AV node.

B. Patofisiologi Nervus Vagus
Serabut preganglionik parasimpatis sistem saraf berjalan hampir ke semua organ yang dipersarafi, dan sinap pada ganglia yang dekat atau berada pada organ tersebut, meningkatkan impuls ke serabut postganglionik yang mempersarafi jaringan yang sesuai. Sel ganglion dapat terorgansisir menjadi satu (mis. Pleksus mienterikus pada usus halus) atau dapat juga difus (mis. Vesica urinaria, pembuluh darah). Serabut preganglionik terbanyak pada nervus vagus. Nervus vagus (X) membawa serabut saraf ke jantung.
Secara fisiologis, sistem parasimpatis lebih digunakan pada penyimpanan dan pemulihan energi, oleh karena itu, maka akan mengurangi frekuensi detak jantung dan tekanan darah, menghambat lancarnya penghantaran impuls melalui jaras atrioventikular, memfasilitasi digestif dan absorpsi nutrien, maka dari itu akan mengekskresikan produk buangan, menyempitkan diameter pupil, melebarkan pembuluh darah, menyempitkan lumen bronkioli, menggalakkan sekresi air liur dan air mata, menggalakkan peristaltik dan melonggarkan sfinkter saluran pencernaan, menggalakkan otot detrusor kandung kemih, dan sekresi insulin, sehingga menurunkan gula darah. Transmiter kimia pada sinapsis pre dan postganglionik pada sistem parasimpatik adalah Asetilkolin (Ach). Serabut saraf yang mengeluarkan asetilkolin dari end plate (ujung)-nya disebut sebagai serabut kolinergik. Sintesis Ach terjadi di sitoplasma ujung neuron kemudian disimpan di vesikel terminal presinaptik. Adanya aksi presinaptik menyebabkan influks ion kalsium dan menyebabkan pelepasan beberapa ratus vesikel ke celah sinaptik. Ach kemudian diikat oleh reseptor spesifik pada membran postsinaptik dan meningkatkan permeabilitas membran terhadap ion sodium, potasium, dan kalsium, yang kemudian akan eksitasi postsinaptik. Aksi dari Ach ini berakhir oleh enzim Acetyl Cholinesterase yang akan segera menghidrolisisnya.
Reseptor Ach spesifik telah dibagi secra farmakologis berdasarkan aksi terhadap alkaloid muskarinik dan nikotin. Aksi Ach pada sinaps preganglionik baik sistem parasimpatik maupun simpatik diperankan oleh nikotin, dan semua ganglion autonomik juga disebut nikotinik. Aksi Ach pada ujung saraf postganglionik parasimpatis diperankan oleh muskarinik.

C. Efektifitas VNS Pada Pasien Disritmia (Atrial Fibrilasi)
Otot jantung memiliki beberapa sifat asli, antara lain 1) otomatisasi adalah: memungkinkan sel mencapai potensial ambang dan membangkitkan impuls tanpa adanya stimulus dari sumber lain; 2) eksitabilitas, yaitu kemampuan sel miokardium untuk merespon stimulus; 3) konduktivitas, mengacu pada kemampuan otot jantung untuk menghantarkan impuls dari satu sel ke sel lain; dan 4) konyraktilitas, memungkinkan otot untuk untuk memendek pada saat terjadi stimulasi. (Brunner – Suddarth, 2002). Sifat-sifat ini akan membantu jantung melakukan adaptasi dalam mencapai keseimbangan / ekuilibrium. Semua kejadian alamiah tersebut terjadi dalam keadaan tidak disadari. Apabila semua sifat otot jantung tersebut bekerja dalam rangkaian yang utuh, maka otot jantung akan distimulasi oleh impuls yang berasal dari nodus sinus, dalam hal ini nodus sinus dianggap sebagai pemacu jantung. Selanjutnya impuls akan diteruskan ke AV node dan melalui bundle branch impuls akan diteruskan ke serabut-serabut purkinje dan akhirnya terjadilah kontraksi miokard untuk mengejeksikan sejumlah darah. Selama rangsangan berasal dari nodus sinus yang berada didalam atrium jantung masih bekerja dengan baik, maka jalur hantaran normal linstrik jantung akan terjadi dengan baik yang pada akhirnya akan terjadi kontraksi ventrikel yang normal. Apabila sifat-sifat otot jantung tersebut terganggu, maka akan terjadilah disritmia.
Disritmia adalah suatu kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya (Brunner – Suddarth, 2002). Penanganan kasus ini lebih difokuskan pada bagaimana mengurangi iritabilitas atrium dan mengurangi frekuensi ventrikel. Secara cepat perawat dapat melakukan tindakan kolaborasi untuk memberikan terapi medikamentosa jenis preparat digitalis dan quinidin untuk memperlambat frekuensi jantung dan menekan disritmia tersebut. Selain itu untuk mencegah terjadinya tromboemboli yang dapat terbentuk di atrium akibat turbulensi darah, maka kolaborasi terapi antikoagulan dapat diberikan (Brunner – Suddarth, 2002). Hal ini penting dilakukan karena umumnya tidak sedikit pasien yang mengalami disritmia (atrial fibrilasi), akan mengalami strok karena terjadi emboli dan trombus yang berasal dari turbulensi pada atrium tersebut (Astiawati, T & Baktijasa, B, 2009). Namun lebih lanjut Howland (2001) mengatakan bahwa farmakotherapi tidak efektif untuk semua pasien untuk itu maka terapi alternative sangat dibutuhkan. Hal ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memperlambat frekuensi jantung dan menekan disritmia yang terjadi. Salah satu jenis terapi alternative (non farmakologis) yang dapat dilakukan adalah stimulasi nervus vavus (Vagus Nerve Stimulation = VNS). VNS merupakan suatu jenis tindakan dengan melakukan rangsangan atau stimulus pada nervus vagus yang bertujuan untuk meningkatkan kerja dari system saraf parasimpatis dan akhirnya memperlambat atau menghentikan serangan disritmia. Tindakan dalam VNS ini meliputi penekanan pada salah satu sisi sinus karotis, penekanan pada sinus periorbital, serta melakukan valsava maneuver. Tindakan – tindakan ini diyakini dapat meningkatkan pengeluaran asetilkolin pada jantung. Umumnya asetilkolin ini ditangkap oleh SA node di atrium kiri dan berfungsi sebagai penghambat rangsangan listrik jantung. Keluarnya produksi asetilkolin ini diharapkan dapat menghambat iritabilitas jantung sehingga kontraksi ventrikel dapat ditekan seminimal mungkin. Hal ini akan nampak jelas pada keadaan disritmia khususnya atrial fibrilasi. Pada atrial fibrilasi, impuls yang dihasilkan di atrium akan melebihi keadaan normal, yang mengakibatkan hantaran listrik jantung ke SA node, dilanjutkan ke AV node serta ke serabut purkinje untuk meningkatkan kontraksi ventrikel dalam mengejeksikan darah keluar dari jantung. Apabila impuls yang dihasilkan oleh atrium tidak beraturan, hal yang sama juga terjadi pada ventrikel yaitu melakukan kontraksi jantung secara tidak beraturan pula. Akibatnya adalah jantung tidak sempat relaksasi untuk memberikan darahnya kepada arteri-arteri koroner. Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini sangat berbahaya bagi jantung. Tindakan VNS dengan cara memberikan rangsangan pada nervus vagus akan sangat membantu mengatasi permasalahan ini karena ujung-ujung saraf vagus bermuara pada SA node dan AV node. Dengan memberikan rangsangan pada nervus vagus tersebut, maka signal akan dikirim ke efferen untuk mengeluarkan ACh (Lewis, M.E., at all, 2001). Diharapkan ACh ini akan menghambat impuls yang dari SA node dan AV node sehingga jantung dapat berkontraksi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Lewis, M.E., at all (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa dengan adanya rangsangan pada nervus vagus secara elektrik, jantung akan berespon dengan cepat untuk menurunkan status inotropik pada miokardium ventrikel kiri tanpa adanya efek bradikardia. Hayashi, I., at all (2001) menemukan bahwa pada binatang percobaan yang dilakukan tindakan CABG tanpa CPB (Cardiopulmonary Bypass), dan dilakukan stimulasi nervus vagus pada cervical kanan dapat menurunkan heart rate rata-rata 190 menjadi 45 kali/menit. Masih dalam penelitian yang sama, hewan coba yang diberikan infus diltiazem (10-20 mg/jam) stimulasi vagal menyebabkan ventrikular arrest. Hewan coba yang diberikan infus verapamil (5 mg/jam), stimulasi vagal dapat menyebabkan bradikardia dengan AV block. Sedangkan pada hewan coba mendapat right thoracotomy untuk isolasi dan stimulasi right thoracic vagal nerve, terjadi penurunan heart rate dari 205 menjadi 70 kali/menit. Selain itu thoracic vagal stimulation selama pemberian intravena diltiazem, terjadi bradikardi dengan AV block. Setelah pelaksanaan rangsangan nervus vagus, jantung kembali menjadi irama sinus normal dengan sangat cepat. Pada postoperatif, hewan coba mengikuti fase-fase pemulihan tanpa adanya kesulitan yang berarti. Semua kejadian diatas dilakukan dengan menggunakan tindakan operatif dan ventilasi mekanik. Selain itu menurut Shelchuk & Anne (2007) dikatakan bahwa cardiac output dapat dipertahankan atau ditingkatkan dengan cara mempertahankan keseimbangan saraf autonomik melalui rangsangan pada satu atau lebih saraf parasimpatis (vagus). Metode ini meliputi pengiriman satu atau lebih stimulasi pulsasi pada postinspirasi dan atau berdasarkan pada pendeteksian satu atau lebih kerja jantung.

D. Aplikasi di Klinik Tentang Penanganan Disritmia dan Kesenjangan antara teori dan praktik.
Aplikasi VNS Therapy ini sudah banyak dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa terutama pada kasus epilepsi (sejak 1970) dan depresi (sejak 1993). Therapi VNS untuk masalah kejiwaan ini sudah mendapat persetujuan dan direkomendasikan oleh FDA dan AHA untuk digunakan pada kedua jenis penyakit tersebut. Sedangkan untuk kasus lainnya seperti jantung, sedang dikembangkan berbagai penelitian terkait. Penelitian terakhir ditemukan bahwa experimen yang dilakukan pada hewan coba, jika dilakukan stimulasi pada salah satu sisi nervus vagus akan memberikan hasil yang signifikan, namun apabila stimulasi yang diberikan tersebut melebih frekuensi yang ada, malah akan meninbulkan masalah lain yang tidak diharapkan seperti Bradikardia, AV blok bahkan sampai henti jantung (Howland, R. H., 2006). Walau demikian, namun penelitian terkait VNS ini masih menarik untuk dilakukan lebih lanjut karena telah diyakini bahwa secara anatomi dan fisiologi, nervus vagus dapat menghasilkan Ach yang berperan menurunkan kontraksi jantung. Hal ini sangat bermanfaat bagi pasien atrial fibrilasi.

E. Keterbatasan dan Kelebihan VNS
Keuntungan dari penggunaan VNS therapy diantaranya adalah dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, karena masalah Aitrial Fribilasi dapat ditekan seminimal mungkin. Sebagaimana diketahui bahwa pada saat terjadi atrial firbilasi, akan diikuti dengan turbulensi darah di atrium dan menghasilkan berbagai trombus dan emboli yang akan meningkatka insiden strok. Hal ini akan lebih cepat diatasi dengan berbagai terapi medikamentosa, namun terapi nonmedikamentosa akan memberikan dampak yang lebih baik. Salah satunya adalah VNS ini. Namun penggunaan terapi ini masih memberi dampak negatif yang besar dimana apabila stimulus dilakukan pada kedua area nervus vagus secara bersamaan, malah dapat menimbulkan bradikardia. Selain itu juga dapat menyebabkan AV blok bahkan sampai henti jantung. Untuk itu penelitian yang lebih lanjut penting dilakukan agar dapat menekan side efek hingga seminimal mungkin.

F. Peran Perawat Spesialis Dalam Aplikasi di Klinik terkait VNS
Perawat spesialis adalah seorang perawat yang telah memperoleh pendidikan dan lulus dari program Master atau Doktor. Perawat spesialis klinik merupakan perawat yang memiliki keahlian dalam menegakan diagnosis dan merawat pasien dengan berbagai gangguan penyakit dengan menggunakan intervensi keperawatan berdasarkan EBN (ANA, 2004). Terdapat tiga area yang menjadi lahan praktek perawat spesialis klinik, yaitu : pasien/keluarga, staf perawatan dan system/jaringan organisasi.
Sparacinio (2005) telah mengidentifikasi Tujuh kompetensi utama yang harus di miliki seorang perawat spesialis yaitu :
1. Praktik Klinik Langsung: Perawat spesialis mempunyai peran yang sangat besar untuk melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Hal penting yang perlu dilakukan perawat spesialis dalam melakukan pengkajian ini adalah kemampuan untuk menentukan bahwa disritmia yang ada adalah berasal dari atrium atau dari ventrikel. Suatu hal penting yang menuntut kejelian dari perawat spesialis. Upaya yang harus dilakukan yaitu perawat perlu memahami tentang komponen-komponen jantung dan aktivitas – aktivitasnya dalam melakukan pompa jantung untuk mengeluarkan darah dalam memenuhi kebutuhan tubuh. Aktivitas atau kontraksi jantung tersebut yaitu bahwa impuls berasal dari SA node melalui bundle branch akan diteruskan ke AV node, selanjutnya impuls akan terpisah melalui berkas of his baik kir dan kanan untuk mencapai ventrikel dan dengan kekuatan yang ada, akan terjadilah kontraksi jantung untuk mengirimkan sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Perlu diketahui juga oleh perawat spesialis bahwa secara fisiologis, jantung bekerja secara tak sadar, dan dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (simpatis). Semakin tingi aktivitas saraf simpatis, semakin tinggi pula kerja jantung dalam berkontraksi. Hal yang terjadi pada atrial fibrilasi, semakin tinggi rangsangan dari sistem saraf simpatis, akan menyebabkan jantung semakin cepat berkontraksi hingga mencapai > 300 x/menit. Berbagai efek negatif yang terjadi pada keadaan atrial fibrilasi ini antara lain arteri koroner sendiri tidak akan mendapatkan asupan darah, nutrisi, oksigen yang memadai karena jantung tidak sempat berelaksasi untuk memberikan darahnya kepada koroner. Perlu kita ketahui kembali bahwa asupan darah ke koroner terjadi pada saat jantung dalam keadaan relaksasi. Hal lain yang terjadi dari atrial fibrilasi ini adalah terjadi strok akibat dari emboli akibat dari turbulensi darah dalam atrium. Perawat spesialis yang telah mengetahui atrial fibrilasi ini, diharapkan memegang peranan dalam melakukan asuhan keperawatan. Langkah utama yang harus dilakukan oleh peraat spesialis ini adalah melakukan pengkajian. Hal penting yang harus dilakukan oleh perawat spesialis karena dengan melakukan pengkajian yang baik, akan ditemukan masalah keperawatan yang baik pula. Kemampuan melakjukan pengkajian ini masih sangat jauh dari keperawatan, oleh karena itu diharapkan perawat spesialis mampu melakukan pengkajian ini dengan baik. Setelah melakukan pengkajian ini, maka akan dilakukan penentuan masalah keperawatan untuk dilakukan intervensi keperawatan yang memadai. Dalam hal melakukan intervensi keperawatan ini, penting untuk menentukan intervensi yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu intervensi yang bisa dilakukan adalah melakukan VNS terapi. Walau masih menimbulkan banyak kontradiksi karena hasil dari VNS ini belum bisa diaplikasikan, namun secara manual dapat dilakukan beberapa alternatif tindakan berupa masage pada area-area nervus vagus seperti periorbital, dan masage manual pada salah satu sisi leher untuk mengaktifkan aktivitas nervus vagus.
2. Bimbingan yang profesional: yaitu menerapkan model perawatan lanjutan pada saat membantu perawat pelaksana menerapkan EBN dalam praktek keperawatan. Termasuk juga memfasilitasi pendidikan kesehatan serta memberikan latihan yang memadai kepada pasien dan keluarga. Dalam hal terapi VNS ini, walau peran bimbingan dari perawat spesialis kepada bawahannya balum bisa diaplikasikan dengan baik, namun setidaknya ada suatu informasi baru bagi para perawat bahwa sebenarnya jenis tindakan yang ditawarkan oleh Brunner & Suddarth (2002) untuk melakukan masage pada salah satu sisi leher dapat dilakukan untuk pasien atrial fibrilasi di wahana kerja kita. Sambil menanti hasil penelitian spektakuler yang sedang dilakukan saat ini oleh para ahli.
3. Collaboration berfokus pada multidisciplin. Sebagaimana kita ketahui bahwa atrial fibrilasi merupakan suatu gangguan kontraksi jantung yang terjadi pada daerah atrium. Umumnya pada kondisi atrial fibrilasi ini, dinding atrium pula akan menghasilkan stimulus yang sangat banyak sehingga akan menghasilkan rangsangan ke ventrikel secara berlebihan. Walau tidak beraturan, namun semua rangsangan yang dihasilkan di SA node dan sekitar dinding atrium akan diteruskan ke AV node dan diteruskan ke berkas of his yang kemudian akan menyebabkan kontraksi jantung yang sangat cepat. Secara anatomis dan fisiologi diketahui pula bahwa vagus dapat mengeluarkan Ach untuk menurunkan kontraksi jantung. Salah satu muara nervus vagus ini terdapat pada SA node dan AV node. Ketika rangsangan diberikan pada salah satu area sistem saraf parasimpatis (pada kedua sisi leher dan periorbital), diyakini akan membantu mengatasi keadaan atrial fibrilasi ini. Oleh karena itu VNS terapi merupakan salah terapi pilihan terbaik. Namun masih sangat disayangkan karena VNS terapi ini masih merupakan suatu hal yang sangat langka. Dampak dari kelangkaan ini menjadi suatu kesempatan terbaik bagi perawat spesialis untuk mendiskusikannya dengan disiplin ilmu lainnya. Suatu kesempatan istimewa bagi perawat spesialis untuk menjalankan peran kolaborasi ini. Dengan berbagai literatur yang ada, perawat spesialis dapat melakukan diskusi lintas multidisiplin untuk melakukan penelitian terkait.
4. Consultasi meliputi melakukan review terhadap alternative pemecahan masalah dan mengimplementasikan perubahan perencanaan. Perawat spesialis harus mengembangkan ilmu dan pengetahuannya tentang berbagai jenis disritmia yang ada karena setiap disritmia memiliki sumber masalah yang berbeda, dan penatalaksanaan yang berbeda pula. Untuk zaman sekarang ini, DC Shock masih merupakan pilihan terbaik untuk mengatasi kasus ventrikel fibrilasi, ventrikel tatikardi, termasuk didalamnya adalah atrial fibrilasi. Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini telah ditemukan strategi baru bahwa khusus untuk atrial fibrilasi, intervensi yang paling tepat adalah diberikan VNS terapi karena diyakini bahwa dengan VNS terapi dapat merangsang atau menghasilkan banyak ACh yang akan membantu menurunkan kerja jantung. Namun sayangnya belum ada hasil penelitian yang bermakna. Sehingga VNS terapi ini masih belum direkomendasikan untuk digunakan. Masih dalam proses penelitian.
5. Riset meliputi: melakukan penelitian, mengintepretasikan dan menggunakan hasil riset, melakukan evaluasi dan memadukan riset dalam pelaksanaan praktek perawatan. Sebagaimana penjelasan diatas bahwa kelangkaan jenis intervensi yang baik ini akan mengantarkan perawat spesialis untuk mampu membuat penelitian. HAsil dari penelitian tersebut akan menambha jenis intervensi keperawatan yang rasional dan up to date serta berdasarkan EBN. Namun karena jenis tindakan ini merupakan tindakan yang sangat berbahaya, maka penelitian experiment yang ditawarkan adalah dilakukan secara join lintas multidisiplin. Untuk merealisasikan hal ini, maka perawat spesialis perlu menjalin hubungan yang baik dengan berbagai disiplin profesi, menambah wawasan dan pengetahuan tentang jenis penyakit terkait serta berbagai hal yang berhubungan dengan intervensi dan sejenisnya.
6. Pemimpin yang professional: bertanggung jawab dalam melakukan inovasi dan perubahan terhadap system perawatan pada klien.
7. Membuat keputusan etik: bertanggung jawab dalam bernegosiasi terhadap terjadinya dilemma moral, menentukan sumber pemecahan dan membantu pasien dalam mendapatkan akses pelayanan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Transmiter kimia pada sinapsis pre dan postganglionik pada sistem parasimpatik merupakan Asetilkolin (Ach). Dalam aksinya ACh ini akan berikatan dengan dengan Muscarinic Cholinergic dan berefek pada menurunnya kontraktilitas miokardium jantung
2. VNS terapi merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu jenis teknik melakukan stimulasi pada nervus vagus. Rangsangan pada nervus vagus ini diyakini akan mengeluarkan ACh, dimana sesuai dengan patofisiologisnya bahwa ACh yang dihasilka tadi akan berikatan dengan Muscarinic Cholinergic dan ditangkap oleh SA node dan AV node selanjutkan akan menghambat kontraksi miokard jantung
3. Dewasa ini penangan disritmia jenis Atrial Fibrilasi dirumah sakit masih secara umum menggunakan terapi yang sudah ada yaitu DC Shok. Namun dari hasil penelitian mutakhir ditemukan bahwa tidak semua jenis disritmia bisa ditolong dengan DC Shok. Disritmia jenis Ventrikel Takikardia dan Ventrikel Fibrilasi akan lebih baik ditangani dengan DC Shok sedangkan disritmia jenis Atrial Fibrilasi menjadi lebih baik bila ditangani dengan menggunakan VNS Therapy. Namun demikian, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan karena ternyata VNS terapi ini bisa membawa efek negatif bagi pasien yaitu terjadi bradikardia, AV blok bahkan sampai henti jantung.
4. Peran perawat spesialis sangat dibutuhkan untuk bisa menilai kondisi pasien. Hasil penilaiannya ini akan menjadi dasar baginya untuk melakukan peran kolaborasi sebagaimana perawat adalah mitranya dokter. Dengan mengetahui berbagai jenis disritmia yang ada dan mendiskusikan penggunaan terapi yang tepat akan semakin menunjukkan kemampuan atau kompetensi perawat yang memadai.




B. SARAN
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hendaknya semua perawat dibidang pelayanan kesehatan keperawatan di rumah sakit selalu mengembangkan kerjasama yang baik dan meningkatkan pengetahuannya sehingga bisa mendapatkan hal baru bagi pengembangan kariernya.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Penting bagi ilmu keperawatan untuk mengembangkan diri melalui pendidikan sepanjang hayat, sebab hampir setiap hari ditemukan strategi atau terapi baru untuk mengobati pasien. Walau perawat bertindak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien, namun berbagai alat dan teknologi mutakhir penting juga diketahui oleh perawat karena dalam sistem pelayanan kesehatan, perawat adalah mitra kerja dengan tim kesehatan lain. Artinya bahwa perawat perlu mengimbangi diri dengan berbagai pengetahuan agar dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dalam perawatan oasien, tidak dianggap sebelah mata oleh profesi lain hanya karena tidak memahami dan atau mengikuti perkembangan teknologi mutakhir untuk merawat pasiennya.
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Hendaknya perawat tertarik juga untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang topik terkait sebab hal ini sangat menarik dan bisa dilakukan dengan aman. Sebagaimana inspirasi awal ditemukannya VNS terapi ini yaitu pada tahun 1880 diamati pada perilaku pasien epilesi yang melakukan massage dan penekanan manual pada daerah arteri karotis di leher dan ternyata bisa menyembuhkan. Dengan berlalunya waktu dan melalui penelitian, ditemukan bahwa ternyata dengan melakukan massage dan penekanan manual pada area tersebut akan merangsang keluarnya ACh yang yang sangat bermamnfaat bagi tubuh dan kesehatan manusia.






Daftar Pustaka

Anne, M & Shelchuk. (2007). Vagal Stimulation for Improving Cardiac Function in Heart Failure or CHF Patients. Dikutip dari http://www.proquest.umi.com

Astiawati T & Baktijasa, B. (2009). Terapi Nonfarmakologis pada Fibrilasi Atrial. Dikutip dari http://arekkardiounair.blogspot.com/2009/01/terapi-non-farmakologis-pada-fibrilasi.html


Berne, R.M & Levy, M.N. (1993). Regulation of Cardiac Contraction. Reprinted from Principles of Physiology 3 rd Ed. Dikutip dari http://www.rfumsphysiology.pb.wiki.com

Claurence. (....). Parasympathetic Control. Dikutip dari http://user.gru.net/clawrence/vccl/chpt6/parasym.htm

Ervin, G. W. (1996). Buku saku perawatan ritis, Ed 2. Alih Bahasa dr. Petrus Andrianto. EGC : Jakarta

Hayashi, I., at all. (2001). Right Vagal Nerve Stimulation for Coronary Anastomosis without Cardiopulmonary Bypass: Investigation in Dogs. Dikutip dari: http://www.proquest.com

Howland, R. H. (2006). What is Vagus Nerve Stimulation. Dikutip dari http://proquest.umi.com

Klabunde R. E. (2008). Adrenergic and Cholinergic Receptors in the Heart. Retype from Cardiovascular Physiology Concepts. Dikutip dari http://www.cvphysiology.com/Blood%20Pressure/BP010.htm

Lewis, M.E., at all. (2001). Vagus Nerve Stimulation Decreases Left Ventricular Contractility In Vivo in the Human and Pig Heart. Dikutip dari http://www.proquest.com

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8. Vol. 2. EGC : Jakarta

Shelchuk & Anne, M. (2007). Vagal Stimulation for Improving Cardiac Function in Heart Failure or CHF Patient. Dikutip dari http://www.google.com

Sparacino, P. S. A., 2005, The clinical nurse specialist. In A. B. Hamric, J. A. Spross & C. M. Hanson (Eds.), Advanced practice nursing: An integrative approach (3rd ed., pp. 415-446). St. Louis: Elsevier.

Tortora, G. J. & Derrickson, B. H. (2007). Principles of Anatomy and Physiology. 11th Edition. Dikutip dari http://www.google.com

Minggu, 15 Februari 2009

Analisa Cara Kerja Kafein

(Created By Ns. Pius A. L. Berek)
Banyak orang yang mengkonsumsi kafein dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda setiap harinya. Kafein bisa ada dalam kopi, teh, kola, coklat, dll.
Apakah anda pernah merasa heran mengapa kafein begitu populer? Apa yang menyebabkan racun ini bisa menjadi begitu terkenal? Pada artikel ini, anda akan mempelajari perihal kafein.
Apa itu Kafein?Kafein secara medisnya dikenal sebagai trimetilxantin, dan sebuah formula kimia C8H10N4O2. Ketika terisolasi dalam bentuk murninya, kafein adalah sebuah bubuk kristal berwarna putih yang sangat pahit. Secara medis kafein digunakan sebagai sebuah perangsang jantung dan juga digunakan untuk meningkatkan produksi urin. Selain itu, kafein juga digunakan untuk menghasilkan tambahan energi dan digunakan agar bisa terjaga dari tidur lebih lama (para siswa dan sopir menggunakannya untuk terjaga dari tidurnya). Banyak orang merasa bahwa mereka tidak bisa bekerja di pagi hari tanpa secangkir kopi untuk mendapatkan kafein dan memberikan tambahan energi untuk mereka.
Kafein adalah sebuah candu. Kafein beroperasi dengan menggunakan mekanisme yang sama dengan amphetamine, kokain, dan heroin yang digunakan untuk merangsang otak. Pengaruh kafein lebih ringan dibandingkan dengan amphetamine, kokain, dan heroin akan tetapi kafein bisa memanipulasi saluran yang sama seperti yang digunakan ketiga obat tersebut. Selain itu, kafein membuat anda ketagihan untuk mengkonsumsi kafein. Jika anda merasa tidak bisa bekerja tanpa kafein dan mengkonsumsinya setiap hari, maka anda sudah ketagihan kafein.
Kafein dalam DietKafein berada di dalam banyak tanaman, termasuk kopi, daun teh, dan biji coklat. Kafein juga ditemukan pada beberapa produk makanan. Seringkali kafein ditambahkan secara buatan pada berbagai macam makanan. Berikut ini adalah sumber-sumber kafein yang biasa kita konsumsi:
Secangkir kopi berisi 100 mg kafein. Jika anda meminum kopi dari kedai kopi atau meminumnya seukuran mug atau secangkir gelas besar, maka anda mengkonsumsi kafein sekitar 200, 250, atau 320 mg.
Teh biasa berisi 70 mg.
Kola (coca cola, pepsi, dll) berisi 100 mg tiap kaleng.
Susu coklat berisi 6 mg per ons.
Dengan melihat jumlah kafein pada kopi, teh, dan kola anda bisa lihat bahwa orang yang memiliki kebiasaan minum kopi di pagi hari mengkonsumsi 300 mg kafein tiap harinya. Jika anda duduk dan menghitung berapa konsumsi kafein yang anda lakukan setiap harinya, mungkin anda akan terkejut. Banyak orang yang mengkonsumsi satu gram atau lebih tiap harinya dan mereka tidak menyadarinya sama sekali.
Kafein dan AdenosinMengapa banyak orang mengkonsumsi kafein? Mengapa kafein membuat anda terjaga dari tidur? Dengan memahami aksi racun di dalam tubuh anda bisa melihat mengapa orang banyak menggunakan kafein.
Adenosin bekerja sewaktu anda sedang tidur. Zat ini di buat di otak, adenosin terikat pada reseptor adenosin. Pengikatan adenosin ini menyebabkan gejala yang memperlambat aktifitas sel saraf. Di dalam otak, pengikatan adenosin menyebabkan pembuluh darah melebar (mungkin untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak sewaktu tidur).
Pada sel saraf, kafein terlihat seperti adenosin. Kafein kemudian terikat pada reseptor adenosin. namun, kafein tidak memperlambat aktifitas sel seperti yang dilakukan adenosin. Sehingga sel tidak bisa “melihat” adenosin lagi karena kafein mengambil alih semua reseptor adenosin. Jadi hal ini menyebabkan sel-sel bergerak dengan cepat. Anda bisa lihat bahwa kafein juga menyebabkan pembuluh darah ke otak mengerut karena kafein menahan kemampuan adenosin untuk membuka pembuluh darah ini. Efek ini jugalah mengapa obat-obatan sakit kepala memiliki kandungan kafein (jika anda sakit kepala, maka kafein akan mengecilkan saluran pembuluh darah dan menyembuhkan sakit kepala anda).
Jadi sekarang anda telah meningkatkan tembakan neuron ke dalam otak. Kelenjar pituitari (kelenjar yang terletak di bawah otak) melihat semua aktifitas ini dan berpikir untuk melakukan pertolongan darurat, sehingga kelenjar ini melepaskan hormon-hormon yang memberitahukan kelenjar adrenal agar memproduksi adrenalin (epineprin). Hormon ini berpengaru pada tubuh anda, seperti:
Pupil anda membesar
Tabung pernapasan anda terbuka lebar (inilah mengapa orang yang menderita penyakit asma kadang-kadang dimasukkan epinephrin)
Jantung anda berdetak lebih kencang
Pembuluh darah di permukaan mengkerut sehingga aliran darah yang keluar akibat sayatan melambat dan juga meningkatkan aliran darah ke otot. Tekanan darah meningkat.
Aliran darah ke perut melambat
Hati melepaskan gula ke dalam aliran darah sebagai tambahan energi
Otot mengeras, siap untuk beraksi.
Hal ini menjelaskan mengapa setelah anda mengkonsumsi secangkir besar kopi, tangan anda menjadi dingin, otot anda mengeras, anda merasa bergairah, dan anda bisa merasakan jantung anda berdetak lebih kencang.
Kafein dan DopaminKafein juga meningkatkan tingkatan dopamin sama seperti yang dilakukan amphetamin (heroin dan kokain juga memanipulasi tingkat dopamin dengan memperlambat tingkat pengambilan kembali dopamin). Dopamin adalah sebuah neurotransmitter, yang terdapat pada beberapa bagian otak, yang mengaktifkan saraf pusat. Pengaruh kafein jauh lebih kecil daripada yang dilakukan heroin, tetapi dengan mekanisme yang sama. Di duga bahwa hubungan dopamin berkontribusi besar pada proses kecanduan kafein.
Jadi seperti yang anda lihat mengapa tubuh anda memerlukan kafein untuk waktu yang singkat, apalagi jika anda kurang tidur dan masih harus beraktifitas. Kafein menahan penangkapan adenosin sehingga anda selalu terjaga. Kafein memasukkan adrenalin ke dalam sistem tubuh anda untuk memberikan energi. Dan kafein memanipulasi produksi dopamin untuk membuat anda merasa baik-baik saja.
Masalah yang ditimbulkan kafein adalah pengaruh jangka panjangnya. Sebagai contoh, sekali adrenalin terlepas, wajah anda akan terlihat lelah dan depresi. Jadi apa yang anda lakukan? Anda mengambil lebih banyak kafein untuk mendapatkan adrenalin kembali. Seperti yang anda bayangkan, membuat tubuh anda merasa dalam keadaan darurat setiap hari tidaklah begitu menyehatkan, dan hal ini juga menyebabkan anda gugup dan mudah marah.
Hal terpenting dalam masalah jangka panjang adalah pengaruh kafein pada waktu tidur kita. Penangkapan adenosin sangat penting untuk tidur, dan untuk mencapai tidur yang nyenyak. Setengah hidup kafein pada tubuh anda adalah sekitar 6 jam. Artinya jika anda mengkonsumsi secangkir besar kopi dengan 200 mg kafein pada jam 3 malam, maka pada pukul 9 pagi sekitar 100 mg kafein masih berada di dalam sistem tubuh anda. Anda mungkin mampu untuk tertidur, akan tetapi tubuh anda mungkin akan kehilangan tidur nyenyak. Lalu setelah itu, ketika lain kali anda merasa kurang enak badan sewaktu terbangun dari tidur, anda langsung ingin mengkonsumsi kafein setiap kali anda terbangun. Siklus ini berlanjut setiap harinya.
Sekali anda masuk ke dalam siklus itu, anda harus terus mengkonsumsi racun ini. Bahkan, jika anda mencoba untuk berhenti mengkonsumsi kafein, maka anda akan merasa lelah dan depresi dan anda akan mendapatkan masalah sakit kepala karena pembuluh darah menuju ke otak membesar. Pengaruh negatif ini membuat anda ingin mengkonsumsi kafein kembali bahkan jika anda ingin berhenti.

Ns। Pius A. L. Berek

Minggu, 01 Februari 2009

DEDIKASI (Ns. Pius A. L. Berek)


Setiap peradaban melahirkan puncak-puncak kebudayaan.
Setiap zaman melahirkan para pemimpin, ilmuwan, filosofi dan seniman besar, yang berhasil menciptakan sejarah, baik bagi dirinya maupun zamannya.

Pergantian zaman selalu terinspirasi dari zaman sebelumnya.
Insprasi itu kemudian melahirkan banyak penemuan spektakuler
Yang mampu mengubah sejarah dunia, peradaban dan kemanusiaan.

Semua itu terwujud karena adanya keinginan dan dedikasi yang tinggi
Untuk menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi manusia
Guna menggapai kehidupan yang lebih berkualitas.

Perawat Indonesia
Berdasarkan Dedikasi yang tinggi dalam karyanya
Saat ini telah memasuki era yang sangat mulia
Majulah PERAWATKU
Kembangkanlah berbagai teori keperawatan yang ada
Dan aplikasikan dalam pekerjaan sehari-hari

Jumat, 26 Desember 2008

KEPEMIMPINAN MELALUI KECERDASAN MANUSIA

KEPEMIMPINAN MELALUI KECERDASAN MANUSIA
(Oleh: Ns. Pius A. L. Berek)


“Jauh didalam diri manusia terdapat kekuatan-kekuatan yang masih tertidur nyenyak; kekuatan yang akan membuat mereka takjub, dan yang tidak pernah mereka bayangkan bahwa mereka memilikinya; kekuatan yang apabila digugah dan ditindaklanjuti akan mengubah kehidupan mereka dengan cepat.”
(Orison Marden)


KEPEMIMPINAN DAN KECERDASAN MANUSIA

Dalam kehidupan sehari-hari selalu ada pertanyaan berikut ini: “Apakah seorang pemimpinan dilahirkan atau dibentuk secara sengaja melalui latihan ataukah dari kondisi lingkungannya?” Pertanyaan itu sesungguhnya adalah sebuah pertanyaan yang sangat menarik karena tidak satupun dari kedua pilihan itu benar.

Lalu bagaimana para pemimpin itu berada di tengah-tengah kita? Jawabannya adalah bahwa menjadi seorang pemimpin adalah suatu pilihan pribadi. Pilihan pribadi yang didasarkan pada disiplin maupun tanggapan yang dilakukan dalam setiap perilaku dan sikap mereka.

Beberapa pendapat yang mengatakan bahwa menjadi pemimpin dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan. Namun demikian, kadang-kadang dalam berbagai pendidikan dan pelatihan selalu ada orang-orang yang tidak mendapat manfaat dan anehnya tidak berubah sama sekali. Mengapa hal itu terjadi? Karena tindakan setiap orang pada paska pendidikan dan pelatihan adalah merupakan suatu pilihan. Pilihan untuk mengikuti apa yang telah diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang telah diikutinya. Mau mengaplikasikan ataukah tidak? Ini adalah suatu komitmen.

Pilihan untuk menjadi pemimpin secara keseluruhan didorong oleh kombinasi dari empat macam kecerdasan manusia (Covey, 2004). Setiap manusia memiliki komposisi yang terdiri dari empat bagian yaitu badan (body), pikiran (mind), perasaan (heart), dan jiwa (spirit). Keempat bagian itulah yang akan mengendalikan apa yang kita lakukan, kita pikirkan, dan kita perjuangkan. Dari keempat bagian tersebut, setiap manusia memiliki kemampuan yang dsiebut Mental Inteligence/Inteligence Quotient (IQ), Physical Inteligence/Physical Quotient (PQ), Emotional Inteligence/Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Inteligence/Spiritual Quotient (SQ) yang sesungguhnya sudah kita miliki sejak lahir dan terus berkembang sejalan dengan perkembangan umur. Kombinasi dari keempat kecerdasan tersebut membantu kita untuk membuat pilihan atas tindakan yang diinginkan. Itulah yang menentukan apakah kita masing-masing bisa menjadi pemimpin atau tidak.

Apa yang dimaksud dengan keempat kecerdasan tersebut?

a. Mental Intelligence/Inteligence Quotient (IQ)
Mental Intelligence yang lebih sering diukur dalams ebutan IQ adalah kecerdasan setiap manussia untuk menganalisis, berpikir secara logika, menggunakan bahasa, mengartikan visual, dan mengartikan apa yang ditangkap oleh indra kita. Artinya bahwa kecerdasan jenis IQ ini adalah kecerdasan yang berasal dari pikiran (mind) kita.
Dimasa lampau, cerdas tidaknya seseorang paling sering diukur dengan IQ. IQ yang tinggi berarti orang tersebut pandai, sedangkan IQ yang rendah berarti orang tersebut tidak memiliki kemampuan. Sayangnya, ukuran itu meknjadi terlalu sempit karena dalam penemuan-penemuan belakangan ini, kita mengenal apa yang disebut dengan Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk (Gardner, 2003). Dalam teori tersebut, setiap orang bisa memiliki berbagai kecerdasan yang berbeda-beda sehingga walaupun IQ yang dimiliki tidak terlalu tinggi, tidak berarti orang tersebut bodoh.
Teori Multiple Intelligence mengatakan bahwa terdapat delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, matematika dan logika, visual dan spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, kinestetik, dan naturalis (Gardner, 2003). Keyakinan bahwa IQ tinggi menentukan keberhasilan seseorang tidak lagi benar. Dalam kenyataannya, IQ tinggi tidaklah selalu berhasil dan IQ rendah tidaklah selalu gagal. Kecerdasan Ini sebenarnya dimiliki oleh semua manusia.
b. Physical Intelligence/Physical Quotient (PQ)
PQ atau kecerdasan fisik adalah satu kecerdasan untuk mengendalikan fungsi dari tubuh kita. Kecerdasan ini lebih sering tidak disadari karena tubuh kita sepertinya sudah berjalan dengan sendirinya. Namun setiap saat, tubuh kita memeriksa kondisi fungsi tubuh, menghancurkan penyakit, dan berjuang untuk terus hidup (Covey, 2004).
Pernahkah kita mendengar mujizat bahwa ada orang yang sembuh dengan sendirinya tanpa obat apapun ? Kita percaya akan kekuatan dari tabngan Tuhan, dan melalui kecerdasan fisik itulah Tuhan benar-benar mewujudkannya.
Kita kadang-kadang bekerja mati-matian untuk mencari uang yang banyak dan melupakan kesehatan. Pada hari tua bisa-bisa uang yang kita dapat itu habis hanya untuk mengobati penyakit yang sudah kita kumpulkan sejak masih muda. Agar menjadi pemimpin yang baik untuk segala masa, maka sebaiknya PQ ini penting untuk dikembangkan agar tidak menyesal dikemudian hari.

c. Emotional Intelligence/Emotiona Quotient (EQ)
EQ atau kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk mengendalikan emosi, bagaimana seseorang menyadari emosinya bereaksi dalam kondisi dan situasi tertentu. Bisa juga dikatakan sebagai pengetahuan atas diri pribadi, kesadaran diri, sensitivitas sosial, empati, dan kemampuan untuk berkomunikasi secara sukses dengan orang lain (Covey, 2004 ; Goleman, 2003).
Goleman (2003) mengatakan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan lebih banyak oleh kecerdasan emosionalnya dibandingkan dengan kecerdasan mental atau IQ yang kita kenal sebelumnya. Banyak orang yang memiliki IQ tinggi tetapi EQ rendah menemukan kegagalan dalam kehidupan sosial maupun kariernya. Hal ini lebih dipengaruhi oleh ketidakmampuan untuk melakukan komunikasi sosial dengan lingkunan sekitar sehingga orang tersebut gagal dalam hidup sosialnya dan sulit untuk berkembang.
Dengan demikian teori EQ telah mematahkan keyakinan masyarakat pada umumnya bahwa keberhasilan dalam hidup hanyha bisa dicapai oleh manusia yang memiliki IQ yang tinggi.
Namun demikian, kita-kita harus berhati-hati dalam mengartikan kepentungan kecerdasan emosional dan tidak menganggap bahwa itu berarti kita tidak boleh memiliki emosi. Emosi tetaplah penting karena itu merupakan mata hati kita sendiri. Kadangkala, emosilah yang mendorong kita untuk menyelesaikan masalah – masalah disaat yang kritis (Goleman, 2003).
Pengertian tersebut membawa kita kepada pemahaman bahwa sesungguhnya tantangan kita adalah kemampuan untuk menyelaraskan EQ dengan IQ sehingga berbagai tindakan bisa dilakukand engans eimbang.

d. Spiritual Intelligence/Spiritual Quotient (SQ)
SQ atau kecerdasan spiritual aalah kecerdasan yang relatif dianggap baru, yaitu kecerdasan untuk memahami hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, yakni Tuhan (Covey, 2004).
Saat ini SQ dianggap menjadi salah satu hal yang terpenting dan mendasari seluruh kecerdasan lainnya karena kecerdasan yang satu ini menjadi sumber panduan dari tiga kecerdasan lainnya. SQ mewakili dorongan dari manusia untuk mencari arti dan hubungan dengan Yang Maha Kuasa (Martin, 20030.
SQ juga membantu manusia dalam membarikan arah (Kompas). Keberadaan SQ memunculkan kerinduan dalam diri manusia untuk mencari arti, visi, dan nilai kehidupan sehingga mabusia memiliki kemampuan untuk bermimpi dan berjuang untuk kehidupan yang dicita-citakan.

MENGEMBANGKAN KECERDASAN
1. Mengembangkan PQ
a. Kendalikan nafsu makan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat
v Minumlah air putih sebanyak 6 – 10 gelas perhari
v Pilihlah makanan yang sehat dan seimbang dalam nutrisi dan dengan porsi yang cukup, tidak kurang ataupun lebih. Jangan sampai salah kaprah. Mengendalikan nafsu makan tidak berarti harus diet secara berlebihan.
b. Melakukan olahraga yang teratur secara konsisten
v Olahraga secara teratur dan tidak berlebihan, contohnya berenang, lari pagi, bersepeda, dsb.
v Pilihlah olahraga yang bervariasi, bukan terbatas pada satu jenis olahraga saja dan bahkan secara berlebihan karena itu bisa menyebabkan cedera fisik.
v Selalu mulai dengan berpikir bahwa ada 168 jam perminggu, dan olah raga hanya mamakan waktu 1-2 jam saja dalam satu minggu
c. Atur istirahat yang sesuai, relaksasi, manajemen stres, dan berpikirlah untuk mencegah penyakit daripada mengobatinya
v Walaupun dalam pekerjaan ditemui banyak stres, sisakan waktu untuk beristirahat dan berelaksasi untuk menenangkan pikiran
v Pilihlah waktu untuk menyendiri dan menenangkan pikiran. Jika memungkinkan bisa juga lakukan meditasi
v Berpikirlah mengenai pencegahan penyakit dan jangan menunggu sampai sakit baru mengobatinya
2. Mengembangkan IQ
a. Belajar dan terus mengembangkan kemampuan diri secara kontinu dan sistematik
v Berkomitmen untuk terus belajar, bertumbuh dan mengembangkan diri
v Bersikap fleksibel terhadap perubahan dan bersedia beradaptasi dengan perubahan yang ada
v Mengatur apa yang ingin dipelajari sehingga kita bisa memfokuskan pada apa yang menjadi peioeitas utama untuk dipelajari
b. Menumbuhkan kesadaran diri
v Kesadaran diri berarti menyadari apa yang akan dikerjakan sebelum melakukannya. Berpikir dulu sbeelum bertindak
v Berpikirlah di luar kotak (think outside the box) dan terbukalah terhadap berbagai kemungkinan
c. Belajar dengan mengajar orang lain dan melakukannya sendiri
v Dengan mengajar orang lain dan melakukan sendiri apa yang ingin kita pelajari, kita bisa mencapai internalisasi atau pemahaman yang mendalam terhadap sesuatu yang ingin kita pelajari
3. Mengembangkan EQ
a. Kembangkan kesadaran diri
v Sama seperti pengembangan PQ, kita perlu berpikir sebelum bertindak. Itu adalah satu hal yang sulit, tetapi bisa mendasari kesadaran diri kita.
b. Tingkatkan motivasi diri
v Mengatur prioritas, tujuan, dan nilai hidup yang ingin dianut. Dengan melakukannya, kita akan bisa mengatur diri dengan lebih baik
c. Mengatur diri sendiri
v Mengutamakan hal-hal yang diprioritaskan dalam hidup, lalu hidup dengan melakukan hal-hal tersebut
v Lakukan pembaruan pada diri sendiri secara konstan
d. Meningkatkan empati kepada orang lain
v Empati berarti lebih sensitif dan sadar akan situasi yang terjadi, sebelum berusaha untuk mengerti dan mempengaruhi orang lain, maupun membantu keputusan atau penilaian
e. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi
v Berpikir dengan kerangka ‘Win – Win’ atau sama-sama memperoleh keuntungan sehingga hubungan dengan sesama bisa lebih baik. Dari sini diharapkan pencapaian sinergi dalam hubungan sosial kita
v Mencoba memahami orang lain terlebih dahulu sebelum meminta orang lain memahami kita
4. Mengembangkan SQ
a. Kembangkan integritas
v Cara terbaik untuk mengembangkan integritas adalah dengan memulai dari sesuatu yang kecil, yaitu membuat janji dan menepatinya. Hal ini berlaku, baik untuk janji pada diri sendiri maupun kepada orang lain. Ketika mulai bisa menepati janji yang kecil, Anda bisa mulai menabung untuk menepati janji yang lebih besar
v Kembangkan kesadaran diri, yaitu memahami apa yang mampu dilakukan dan mana yang belum. Dengan kesadaran itu, kita bisa menghindari resiko menurunnya integritas sendiri
b. Kembangkan arti kehidupan kita
v Mulailah mnentukan tujuan kehidupan jika kita belum memilikinya agar bisa menemukan arti hidup, baik bagi diri sendiri maupun orang-orang yang kita sayangi
v Yakinlah bahwa tujuan yang Anda tentukan membuat Anda merasa telah memberikan kontribusi kepada orang lain
c. Kembangkan diri kita
v Menyelaraskan apa yang dikerjakan dengan talenta atau bakat kita serta panggilan hidup kita



Referensi
Covey, S. R. (2004). The 8th Habits. New York: Free Press
Gardner, H. (2003). Kecerdasan Majemuk. Terjemahan. Batam: Interaksa
Goleman, D. (2003). Kecerdasan Emosional. Terjemahan. 13th Ed. Jakarta: Gramedia
Tjiharjadi, S. (2007). To Be A Great Leader. Yogyakarta: Andi

Sabtu, 20 Desember 2008

Kebahagiaan

Semua orang ingin hidup bahagia. Apa yang ditekuni selama hidup ini, selalu dilandasi satu tujuan yakni ingin memperoleh kebahagiaan.

Namun sering kita salah arah. Kita berpikir bahwa semakin keras kita mencoba, semakin terobsesi kita pada hasrat dan keinginan-keinginan kita yang tiada batas pada segala macam cara untuk memuaskannya, semakin dekat kita pada kebahagiaan. Tapi akan yang terjadi?

Bukanlah kebahagiaan yang menghampiri kita, namun kesepiaan yang selalu menjadi teman karib kita. Kehampaan, penderitaan, kehausan, kekecewaan dan keluh lantakan jiwa yang semakin melekat dalam keseharian hidup kita.

Mengapa itu terjadi??
Karena kita selalu berkeinginan untuk mencari uang yang banyak jumlahnya.

Penting kita ingat peribahasa kuno ini
"Uang dapat membeli tempat tidur emput, namun tidak dapat membeli tidur yang nyenyak"
"Uang dapat membeli makanan yang enak, tapi bukan makanan yang nikmat"
"Uang bisa membeli kemewahan, namun tidak kebahagiaan"

Marilah kita mencari makna hidup yang terbaik untuk diri kita masing-masing.
Satu yang pasti bahwa ternyata kebahagiaan itu sangat melekat erat dengan kerendahan hati.
So, mulailah untuk bersikap rendah hati mulai dari sekarang.

Makna Sebuah Senyum dalam Pelayanan Keperawatan

MENGKRITISI HOSPITALITY IN NURSING
DI RUMAH SAKIT OTORITA BATAM
“SEBUAH ANALISIS KASUS”

NAMA: PIUS A.L BEREK
NPM: 0806446675

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2008


KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan prima di rumah sakit, maka diperlukan pemahaman yang baik dari para pemberi layanan tersebut. Hal-hal pokok yang berkaitan dengan pengambangan diri perlu dimiliki oleh mereka. Hal kecil yang masih jauh dari jangkauan mereka adalah “senyum”. Walau kecil, namun maknanya sangat besar. Banyak perawat masih belum memahami akan hal ini. Untuk itu diperlukan upaya untuk menumbuhkan kesadaran dan niat dalam rangka menggali kemampuan tersebut karena sebenarnya semua orang memiliki kemampuan untuk bisa tersenyum. Apabila telah menerapkan senyum yang tulus, maka akan memberi dampak yang luar biasa.
Selain untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Hospitality in Nursing Service”, makalah ini sengaja kami susun untuk membahas sedikit tentang apa yang sebenarnya telah terjadi dalam keperawatan. Kami ulas dengan gaya bahasa yang sangat sederhana untuk mengundang dan membangkitkan motivasi dari pembaca agar dapat memahami bahwa ternyata senyum yang sederhana itu bisa memberikan dampak yang sangat besar. Namun perlu diingat bahwa senyum yang dimaksud bukanlah senyum yang terpaksa namun senyum yang datangnya dari hati. Senyum polos.
Rampungnya makalah ini tidak terlepas dari Berkat Tuhan yang selalu melimpahi hidup dan karya kami. Tak luput pula karena adanya bimbingan dari ibu Setyowaty selaku dosen pengampuh mata kuliah Hospitality in Nursing Service, serta seman teman seperjuangan. Kami mengucapkan banyak terimakasih atas semua dukungannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karenaya kritik saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan dari kesempurnaannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca, terutama bagi para perawat seluruh Indonesia.

Sekian dan terimakasih

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan pada abad sekarang ini sangat menuntut berbagai hal untuk dilakukan oleh para pelaku pelayanan kesehatan tersebut. Semuanya ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan. Kualitas layanan di rumah sakit menjadi topik yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Hal ini tidak terlepas dari semakin banyaknya jumlah klinik dan rumah sakit yang ada dan semakin banyaknya masyarakat menggunakan fasilitas rumah sakit untuk memperoleh layanan kesehatan. Rumah sakit yang pada awalnya lebih banyak merupakan suatu unit pelayanan publik yang bersifat sosial, oleh berbagai perubahan pada industri kesehatan ‘terpaksa’ mengembangkan strategi bersaing layaknya usaha komersial. Kualitas layanan dan kepuasan pelanggan menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan layanan di rumah sakit. Disisi lain, dalam bentuk pelayanan yang berkembang sekarang ini, mutu pelayanan menjadi semakin rumit dan cukup sulit diukur, karena hasil yang terlihat merupakan resultante dari berbagai faktor yang berpengaruh. Oleh sebab itu, tercapainya mutu pelayanan kesehatan yang baik memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak, dalam hal ini kerjasama dari setiap unit yang terkait mengambil peran yang sangat penting. Kualitas pelayanan yang baik tidak cukup hanya dicapai, tetapi juga dipelihara dan dipertahankan (quality assurance) mengingat adanya pergeseran kebutuhan, harapan dan keinginan pelanggan dan berbagai pihak yang berkepentingan. Karena itu, mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan di rumah sakit, seharusnya merupakan suatu kegiatan yang berkelanjutan untuk memantau kualitas layanan yang diberikan, dalam bentuk kewajaran perawatan yang diberikan terhadap pasien disertai upaya untuk senantiasa meningkatkan pola perawatan dan mencari pemecahan atas masalah-masalah pelayanan atau perawatan yang terjadi. Mutu pelayanan rumah sakit dapat diukur dari berbagai aspek, baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan yang diberikan. Beberapa aspek yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah: Aspek klinis medis, efektivitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan, keselamatan pasien (patient safety) dan kepuasan pasien.
Kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan dan diterima oleh pasien. Meskipun nilai subyektif ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, keadaan emosional dan lingkungan pasien, kepuasan pasien tetap akan didasari oleh kebenaran dan kenyataan obyektif yang dialami oleh pasien pada saat menerima pelayanan di rumah sakit. Apabila hal ini tidak diperhaikan oleh perawat sebagai pemberi jasa layanan kesehatan di rumah sakit, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan yang dialami oleh pasien. Dengan adanya ketidakpuasan, maka akan sangat berdampak bagi image masyarakat tentang pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Seperti halnya yang terjadi di Rumah Sakit Otorita Batam. Walau di ruang perawatn kelas I rumah sakit tersebut telah mengaplikasikan sistem pelayanan yang baik, namun karena pernah ada kesan bahwa di ruang perawatan kelas II-III perawatnya “tidak pernah memberikan senyuman” kepada pasien, maka kondite rumah sakit tersebut telah tercoreng dimata seluruh masyarakat Indonesia. Sekali terjadi, seumur hidup masyarakat akan mengenangnya sebagai sesuatu yang sangat jelek dimata mereka. Walau mungkin hanya satu orang perawat yang melakukan hal itu, namun masyarakat akan menganggap bahwa semua perawat di rumah sakit tersebut memiliki sifat dan karakter pelayanan yang sama jeleknya. Rumah Sakit akan mendapat kesulitan yang besar untuk memperbaiki lagi hal tersebut, karena mempertahankan customer lama lebih baik daripada mencari customer baru (Hafizurrachman, 2008).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasikan quality assurance yang berkaitan dengan kepuasan pasien dalam penerapan Hospitality in Nursing
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tentang Hospitality in nursing
b. Mengidentifikasi tentang quality Assurance
c. Memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
d. Menjelaskan solusi untuk meningkatkan kepuasan pasien

C. MANFAAT
1. INSTITUSI
Sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

2. PERAWAT
Sebagai bahan evaluasi bagi perawat tentang pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan selama ini dan kiranya makalah ini merupakan sumber inspirasi bagi perawat untuk mengembangkan atau menata kembali pelayanan keperawatan yang telah rusak selama ini.
3. MASYARAKAT
Dengan mengaplikasikan sistem pelayanan kesehatan – keperawatan yang baik, masyarakat dapat terlindungi dari tindakan-tindakan nonkemanusiaan yang seyogyanya telah terjadi selama ini, yang pada akhirnya adalah adanya pengakuan positif dari masyarakat tentang keberadaan perawat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. HOSPITALITY
Hospitality merupakan suatu proses hubungan antara seorang tamu dan orang yang melayani tamunya. Pada praktiknya yaitu bagaimana melayani/menjamu tamu, pelanggan, pengunjung, orang asing tersebut dengan ramah tamah, sopan, serta pikiran dan hati yang terbuka.
Keramahtamahan merupakan hal yang sangat utama dalam pelayanan kesehatan. Dalam bahasa asing, keramahtamahan itu adalah ’hospitality’, suatu istilah yang erat kaitannya dengan rumah sakit (hospital). Adalah suatu impian dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang ramah dari pelaku kesehatan. Dalam teori komunikasi dan perilaku disebutkan bahwa ada tiga hal penting yang harus ditunjukkan oleh pelaku kesehatan mulai dari dokter, perawat, dan berbagai profesi kesehatan lainnya ketika berkomunikasi dengan pasien, yaitu perhatian (attention), empati (empathy) dan kepedulian (care).

B. QUALITY ASSURANCE
Quality assurance (QA) adalah usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. QA ini merupakan salah satu faktor penting dan fundamental bagi manajemen RS itu sendiri dan para stakeholder. Dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi Rumah Sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat RS mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Bagi Pasien, QA dapat dijadikan sebagai faktor untuk memilih RS yang bermutu dan baik. Bagi pelaku kesehatan (dokter, perawat, bidan, dll), selain terikat dengan standar profesi, dengan adanya QA para pelaku kesehatan dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati2 dalam menjaga mutu pelayanannya. Dan bagi pemerintah sendiri, adanya QA dapat menjadikan standar dalam memutuskan salah benarnya suatu kasus yang terjadi di Rumah sakit.
Di dalam konsep quality assurance penilaian baik buruknya sebuah rumah sakit dapat dilihat dari empat komponen yang mempengaruhinya yaitu :
1. Aspek Klinis, yaitu komponen yang menyangkut pelayanan dokter, perawat dan terkait dengan teknis medis.
2. Efisiensi dan efektivitas, yaitu pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada diagnosa dan terapi yang berlebihan.
3. Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan pasien dari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan pasien seperti jatuh, kebakaran, dll.
4. Kepuasan Pasien, yaitu yang berhubungan dengan kenyaman, keramahan, dan kecepatan pelayanan
Indikator dalam kepuasan pasien yang sering dapat digunakan sebagai objektif adalah jumlah keluhan pasien atau keluarga, kritik dalam kolom surat pembaca, pengaduan mal praktek, laporan dari staf medik dan perawatan dsb. Bagaimana bentuk kongret untuk mengukur kepuasan pasien rumah sakit, dalam seminar survai kepuasan pasien di RS, Junadi P mengemukakan ada empat aspek yang dapat diukur yaitu:
Kenyaman, aspek ini dijabarkan dalam pertanyaan tentang lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyamanan ruangan, makanan dan minuman, peralatan ruangan, tata letak, penerangan, kebersihan WC, pembuangan sampah, kesegaran ruangan dll.
Hubungan pasien dengan petugas Rumah Sakit, dapat dijabarkan dengan pertanyaan yang menyangkut keramahan, informasi yang diberikan, sejauh mana tingkat komunikasi, responsi, support, seberapa tanggap dokter/perawat di ruangan IGD, rawat jalan, rawat inap, farmasi, kemudahan dokter/perawat dihubungi, keteraturan pemberian meal, obat, pengukuran suhu dsb.
Kompetensi teknis petugas, dapat dijabarkan dalam pertanyaan kecepatan pelayanan pendaftaran, ketrampilan dalam penggunaan teknologi, pengalaman petugas medis, gelar medis yang dimiliki, terkenal, keberanian mengambil tindakan, dsb.
Biaya, dapat dijabarkan dalam pertanyaan kewajaran biaya, kejelasan komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit yang sejenis lainnya, tingkat masyarat yang berobat, ada tidaknya keringan bagi masyarakat miskin. dsb.

C. CUSTOMER
Customer adalah seseorang, perusahaan yang membeli barang atau menggunakan jasa yang dihasilkan oleh orang atau perusahaan lain. Customer Value menurut perspektif customer dapat didefinisikan sebagai semua manfaat atau kualitas yang diperoleh konsumen sesuai dengan pengorbanannya. Dalam pelayana kesehatan seorang pasien akan mendapat kualitas pelayanan yang baik. Customer behavior adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon secara konsisten terhadap suatu obyek yang diberikan terhadap suatu merk. Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Hasil evaluasi ini adalah apakah produk tersebut akan tetap digunakan ataukah dibuang (dihentikan). Hal ini akan melibatkan banyak pihak dalam rangka untuk mempertahankan suatu produk jasa sehingga pelanggan bisa bertahan untuk menggunakan layanan dari organisasi tersebut. Organisasi dalam hal in adalah rumah sakit. Dan ini bukan hanya dititikberatkan pada satu orang saja, namun melibatkan semua pihak yang terlibat dalam sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Untuk itu maka penting untuk membangun sistem layanan yang berkualitas.
Membangun tim pelayanan yang tangguh berarti mendidik setiap orang dalam rumah sakit dari bagian manapun, untuk cerdas memberikan pelayanan dengan cara memberikan pelayanan kesehatan keperawatan kepada pasien dengan kualitas yang tinggi. Layanan pelanggan dalam hal ini layanan kepada pasien di Rumah Sakit adalah lebih dari sekedar memberikan apa yang mereka inginkan. Layanan pelanggan harus bisa memberikan semua kebutuhan pelanggan (pasien) dengan sempurna. Untuk dapat memenangkan hati pasien, Anda harus mengetahui semua sifat, perilaku, sikap, dan karakter dari pasien Anda secara lebih baik daripada para pesaing Anda. Pastikan juga bahwa setiap pasien bisa mendapatkan informasi yang mereka inginkan dengan cepat dan mudah dari rumah sakit Anda. Dan Anda harus benar-benar menjadi sahabat terbaik buat para customer Anda. Layanan pelanggan yang baik haruslah memiliki tindakan untuk menyenangkan dan memberi kemudahan bagi pelanggan, dengan pelayanan yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah.

D. KEPUASAN PASIEN
Kepuasan adalah perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Kepuasan/ketidakpuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap evaluasi ketidakpuasan (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Dari berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan mencakup suatu perasaan yang diperoleh dari membandingkan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan.

Kepuasan pasien adalah terpenuhinya pelayanan sesuai yang diinginkan bahkan melebihi dari apa yang diinginkan (service excellent). Untuk memahami semua keinginan pasien maka lakukanlah survey pelanggan (market survey). Survey pelanggan merupakan upaya untuk mencari tahu apa harapan pelanggan untuk menentukan jenis dan kualitas layanan yang dikehendaki. Memahami pasien orang perorang tidaklah mudah, karena setiap orang memiliki karakter dan kepribadian sendiri.


Beberapa faktor yang membentuk harapan pasien adalah:
1. Komukasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication) : informasi diperoleh dari pelanggan sebelumnya, menyebar dari mulut ke mulut yang mengkonsumsi jasa sebelumnya.
2. Kebutuhan pribadi (personal need), harapan pelanggan bervariasi tergantung pada karakteristik dan keadaan individu yang mempengaruhi kebutuhan pribadinya.
3. Pengalaman masa lalu (past experience), pengalaman dimasa lalu mempengaruhi harapannya dimasa kini dan akan datang.
4. Komunikasi eksternal (external communication), misalnya upaya promosi, biasanya dalam bentuk iklan.

Dimensi kualitas yang bisa memberikan kepuasan kepada pasien berdasarkan aspek kebutuhan pasien baik need, demand dan ecpectasi, yaitu: :a. Responsiveness, atau kecepatan yaitu suatu kemampuan untuk pelayanan yang cepat (responsif ). Respon time pelayanan sangat menentukan kepuasan pasien. Berapa lama pasien harus menunggu di loket pendaftaran hingga dia mendapatkan kartu, demikian hal ketika menunggu untuk diperiksa dokter di apotik, di laboratorium, dll. (jarak waktu pasien menghubungi perawat sampai perawat tersebut datang di ruangannya), (jarak waktu pasien menghubungi dokter sampai dokter datang), (Beranikah kita mematok standar waktu tunggu).

b. Assurance atau jaminan dan kepastian. Assurance terdiri dari beberapa komponen antara lain kredibilitas (credibility), keamanan (security) dan kompetensi (competence). Jaminan ini dibuktikan dengan tersedianya tenaga dokter, perawat, bidan, dan tenaga lainnya yang mempunyai keahlian dan pengalaman. Mempekerjakan tenaga yang mempunyai kompetensi dan berpengalaman akan memberikan rasa aman (security) kepada pasien, jika pasien berada di rumah sakit tersebut. Pasien yakin apabila pasien ke rumah sakit tersebut akan sembuh.

c. Tangibles. Penampilan fisik, baik bangunan, desain interior dan eksterior, penampilan petugas, dokter, perawat, dan petugas lainnya, termasuk alat-alat kesehatan (tehnologi) yang ada. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Banyak rumah sakit yang mulai memperbaiki penampilan gedungnya. Desain layaknya sebuah rumah sakit mulai ditinggalkan. Petugas di front office berpakaian layaknya customer service di sebuah bank, dengan senyum ramah menyapa setiap pasien yang datang.
d. Empathy, yaitu ungkapan tulus dengan turut merasakan apa yang dialami oleh pasien. Ungkapan empati dapat diwujudkan dari perhatian, keramahtamahan, senyum, sabar dalam memberikan pelayanan. Yang penting dalam empati adalah kemampuan komunikasi petugas dalam memahami penderitaan pasien. Tidak jarang kita menemukan pasien yang dibentak oleh petugas, petugas menjawab pertanyaan pasien dengan ketus tampa mimik yang tulus. Tidak jarang kita melihat pemandangan yang memprihatinkan, dimana di ruang perawatan pasien mengeluh sakit tetapi di ruang perawat terpasanng TV dengan tayangan hiburan dan petugas sementara menontonnya.
e. Reliability atau keandalan yaitu kemampuan rumah sakit untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. (Menurut Parasuraman, 2008)

E. OUR SMILE, PATIENT’S SMILE
Perhatian yang diberikan perawat merupakan salah satu factor yang menunjang dalam bisnis dibidang pelayanan kesehatan. Zig Zaglar mengatakan bahwa: “bila kita cukup memberikan apa yang diinginkan oleh orang lain, maka kita akan mendapatkan apapun yang kita inginkan”. Memberikan apa yang diinginkan orang lain berarti menciptakan nilai tambah bagi orang tersebut, siapapun dan bagaimanapun rupanya, orang tersebut akan merasa Sangay dihargai. Bentuk pemenuhan kebutuhan ini tidak saja dengan terapi medikamentosa, namun lebih dari itu adalah sikap yabng ramah tamah, penuh kesabaran dan perasaan serta senyum polos yang tidak dibuat-buat.
Djajendra (2008) mengatakan bahwa senyum tulus Anda adalah mahakarya kebaikan. Yakinkan diri Anda bahwa senyum tulus Anda akan mengantar Anda ke gerbang puncak sukses. Semakin tulus Anda tersenyum untuk melayani orang lain, akan semakin berkualitas diri Anda untuk memberikan kenyamanan dan kepedulian pada para pelanggan Anda. Jadi, pastikan senyum Anda tidak pahit, tapi manis selalu dan menyejukkan hati yang menerima senyum tulus Anda. Semakin sering Anda memberikan senyum tulus pada orang lain, maka otot-otot wajah Anda akan bekerja keras untuk memberikan hadiah awet muda buat diri Anda. Ingatlah selalu untuk sering-sering senyum tulus dalam bingkai kepedulian dan cinta kasih, agar fisik Anda bisa terlihat semakin muda, walau usia semakin tua.







BAB III
RESUME ARTIKEL DAN ANALISIS KASUS

Kategori artikel ini terdapat pada media konsumen (media komunikasi dan informasi konsumen Indonesia) pada hari kamis 4 desember 2008. Artikel ini berjudul “Pelayanan di Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) Sangat Mengecewakan”.
Adapun isi dari artikel tersebut adalah suatu pengalaman dalam pelayanan di RSOB yang ”sangat tidak baik” dan sangat mengecawakan bagi keluarga X.
Pada suatu hari tepatnya tanggal 28 Juni 2008 anak bungsu dari keluarga X (anak Y) yang berumur 1 tahun 2 bulan mengalami pilek, mencret dan demam tinggi hingga kejang. Biasanya apabila anak Y sakit, orang tuanya mengantarnya ke salah satu rumah sakit swasta di Batam. Hal ini selalu dilakukan sebagaimana tahun lalu saat anak Y sakit hingga dehidrasi. Waktu itu anak Y berumur 3 bulan.
Atas petunjuk seorang dokter umum tempat langganannya, keluarga X disarankan untuk mencoba berobat ke Rumah Sakit Otorita Batam yang kata dokter tersebut pelayanannya lumayan baik. Tanggal 29 Juni 2008 keluarga X membawa anak Y ke Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSOB, tetapi keluarga X sangat kecewa dan keluarga X juga berpikir bahwa kejadian tersebut hanya terjadi di UGD. Keluarga X datang ke UGD sekita jam 01.00 WIB tanggal 29 Juni 2008. Begitu masuk keluarga X langsung disuruh daftar (seperti prosedur di Rumah Sakit lainnya). Kemudian anak keluarga X diperiksa, diambil darahnya, tetapi ada hal yang sangat menakutkan bagi keluarga X, waktu pengambilan darah, karena sulit hingga sekitar empat tusukan baru berhasil. Keluarga X berpendapat apakah karena demikian sulitnya ambil darah bagi balita atau karena faktor keahlian bagi pengambil darah tersebut. Keluarga X mengatakn setelah ditusuk lalu digoyang kanan dan kiri supaya terdapat darahnya dan itu sapai empat kali tusukan. Dan hal itu pun belum seberapa, waktu di UGD keluarga X menunggu sampai satu setengah jam hingga dipindah keruang rawat inap khusus anak-anak, itu pun karena beberapa kali keluarga X menanyakan ke dokter jaga di UGD.
Sesudah sampai di ruang rawat inap, keluarga X ambil kelas dua dengan harapan mudah-mudah lumayan bagus untuk anak keluarga X. Tetapi dilain pihak selama dua hari di kelas dua tanggal 29 dan 30 Juni 2008, tidak satupun ada senyum dari para perawatnya kalau pun ada tampak sekali dipaksakan tersenyum, Dan ini terbukti ketika hari Senin, 30 Juni 2008 jam 14.30 WIB ketika keluarga X pindah ke ruang kelas satu, baru terasa tidak perawat yang tidak tersenyum, semuanya murah senyum, (keluarga X mengatakan bahwa senyum hanya untuk kelas satu atau kalau boleh keluarga X katakan senyum di RSOB hanya untuk kalangan berduit, karena hanya kalangan yang banyak uang yang mampu membayar kelas satu).
Ada beberapa pengalaman ketika anak Y dirawat di kelas dua:
v Tidak ada senyum dari para perawat, kalaupun ada terkesan senyum itu sangat dipaksakan,
v Setiap pagi keluarga X diperintahkan (kalau tidak mau dikatakan dibentak) untuk membereskan barang-barang keperluan si pasien agar tidak tampak saat kunjungan dokter spesialis (dalam hal ini dokter anak).
v Pelayanan yang sangat lamban, dan mengherankan karena setiap petugas yang datang hanya sebentar saja dengan rentang waktu terkadang hanya beberapa menit, baik koass atau perawat, semuanya bertanya dengan pertanyaan yang sama secara berulang-ulang. Bertanya tentang riwayat penyakit anak. Sangay mengherankan. Memangnya mereka tidak membaca riwayat si pasien yah?
v Setiap ada pemeriksaan pasien, sebagian besar diserahkan ke anak-anak magang dari Akademi Perawat (Akper) yang sedang magang, kalau demikian, apa pekerjaan perawat yah?
v Ketika ada kunjungan dokter, keluarga X tidak diberikan waktu yang cukup untuk menanyakan kondisi anaknya, hal ini karena kalau keluarga X ingin bertanya senantiasa dipotong oleh perawat. Akhirnya keluarga X beranggapan bahwa mungkin bertanya juga perlu dibayar yah.
v Tidak tersedia air yang cukup di toilet, ini terbukti aliran air sangat kecil, atau mungkin alat-alatnya sementara rusak. Malah keluarga X beranggapan bahwa mungkin air juga mesti dibayar.

Selanjutnya ketika sudah dipindahkan ke kelas satu, ada beberapa pengalaman berbeda. Pengalaman yang akan memberi kepuasan yang besar karena semakin tinggi kelas perawatan, pasti akan dilayani dengan baik pula. Beberapa pengalaman tersebut adalah:
v Pelayanan masih tampak lamban.
v Tidak ada satu perawatpun yang tidak tersenyum, semuanya tersenyum termasuk dokter yang menangani anak kami.
v Tampak tidak ada lagi seringnya kunjungan secara berulang-ulang dengan pertanyaan yang sama dari orang yang berbeda





BAB IV
PEMBAHASAN


Keramahtamahan merupakan hal yang sangat utama dalam pelayanan kesehatan. Impian masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang ramah dari pelaku kesehatan sangat tinggi, Namur kondisi ini sangat bertentangan dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam kenyataannya, pelaku kesehatan telah menomorduakan pasien dan yang menjadi utama adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari pelayanannya.
Sebagaimana dijelaskan bahwa Quality assurance (QA) adalah usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. QA ini merupakan salah satu faktor penting dan fundamental bagi manajemen RS itu sendiri dan para stakeholder. Dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi Rumah Sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat RS mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Mengacu pada konsep ini, apabila para perawat yang merupakan jumlah terbanyak dalam rumah sakit tersebut dalam pelayananannya menunjukkan sikap tidak profesional dengan “tidak tersenyum” saja maka sebenarnya rumah sakit tersebut sudah kala bersaing dengan rumah sakit lainnya. Contoh disini adalah Rumah Sakit Otorita Batam; dengan menunjukkan sikap “tidak senyum dalam merawat pasien selama berhari-hari”, hal ini telah menjadi suatu pengalaman jelek yang terpatri dalam hati semua masyarakat Batam yang pernah mengalaminya. Begitu mahalnya perawat di RSOB untuk bisa tersenyum, sehingga masyarakat beranggapan bahwa mungkin senyum di RSOB harus dibeli dengan uang. Akhirnya hal pahit juga harus diterima oleh pihak Rumah Sakit karena masalah air dikamar mandi yang mungkin disebabkan oleh musim kemarau, atau kran yang rusak, malah dikaitkan dengan sikap jelek perawat, dan masyarakat mengatakan mungkin air di Rumah Sakit ini juga harus dibeli. Apabila hal ini berkelanjutan, maka sebenarnya Rumah Sakit Otorita Batam telah cacat dalam menarik minat pelanggan. Bahkan masyarakat akan memilih rumah sakit yang lain, walaupun mungkin harganya lebih mahal namun memuaskan.
Bagi Pasien, QA dapat dijadikan sebagai faktor untuk memilih RS yang bermutu dan baik. Dikatakan bahwa factor kepuasan pasien sangat subyektif. Untuk mengukurnya sangat sulit karena hal itu hanya berada didalam hati pasien. Pasien dan keluarga sajalah yang merasakannya. Kepuasan ini akan timbul dari membandingkan antara harapan dan kenyataan dari sesuatu. Dalam hal ini adalah pelayanan di RSOB. Karena mendengar bahwa pelayanan kesehatan di RSOB itu termasuk bagus, maka keluarga pasien langsung mau merawat anaknya di Rumah Sakit tersebut. Namun apa yang terjadi? Ternyata sangat jauh dari harapan. Selama menjalani perawatan di kelas II-III RSOB tersebut, tak satupun perawat yang bisa mengeluarkan atau memberikan senyum sedikitpun. Kesempatan bertanya atau berdiskusi dengan dokter atau perawat tentang penyakit pun rasanya tidak pernah ada, selalu dipotong. Suatu kenyataan yang sangat tidak baik. Suatu hal yang bisa membahayakan pihak rumah sakit karena umumnya pengalaman yang kurang baik ini akan didiskusikan juga kepada masyarakat umum.
Bagi pelaku kesehatan (dokter, perawat, bidan, dll), dengan adanya QA para pelaku kesehatan dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati-hati dalam menjaga mutu pelayanannya. Dalam hal kasus diatas, maka mutu pelayanan kesehatan di RSOB telah tercoreng hanya karena tidak adanya sebuah senyuman di kelas II-III dan adanya senyuman culas di kelas I rumah sakit tersebut. Ternyata senyuman saja pun membawa dampak yang sangat besar bagi sebuah rumah sakit. Selain Djajendera (2008), yang mengatakan bahwa senyum tulus Anda adalah mahakarya kebaikan, Purwodadi, S. H. (2008) juga mengungkapkan beberapa hal tentang senyum. Diantaranya adalah: (1) senyum itu murah, tetapi menciptakan banyak hal yang baik; (2) senyum itu menguntungkan bagi yang menerima, tanpa merugikan yang memberi; dan (3) senyum itu terjadi sekejap dan kesannya kadangkala tidak akan pernah berakhir selamanya, artinya senyum yang hanya sekejap diperlihatkan itu mempunyai kesan yang mendalam seolah tidak akan bisa terlupakan.
Melihat kemelut yang telah terjadi di rumah sakit tersebut, perlu adanya beberapa langkah konkrit untuk mencapai quality assurance dalam hospitality in nursing services, seperti yang ditawarkan oleh Purwodadi, S.H (2008), yaitu: Mulailah dengan Senyum.
Senyuman yang dimaksud adalah senyuman yang murni dan tulus dari dalam lubuk hati, bukan senyum yang dibuat-buat. Bahkan Purwodadi, S.H (2008) mengatakan bahwa dalam suatu percakapan pribadi dengan sebuah pimpinan Bank Swasta, pimpinan Bank tersebut mengatakan “setiap menerima pegawai baru, saya haruskan bisa tersenyum (dalam arti luas: ramah tamah) baru kemudian melihat hasil test yang lain. Tanpa adanya kemauan untuk senyum, saya maĆ­z penuh pertimbangan untuk menerimanya”. Dari dialog tersebut, dapat dilihat bahwa betapa pentingnya sebuah senyuman. Ternyata bagi pimpinan Bank tersebut senyum merupakan kunci keberhasilan karyawan dalam berkarya untuk mengembangkan organisasi tersebut. Seyogyanya hal ini juga bisa diterapkan di lingkungan pelayanan rumah sakit. Karena dari senyuman saja sebenarnya sudah angat membantu proses penyembuhan pasien. Sebagaimana diketahui bahwa senyum bisa membawa damai dan ketenangan bagi pasien yang dirawat.
Djajendera (2008) juga menawarkan beberapa hal tentang senyuman, yaitu: (1). Anda hanya perlu beberapa detik untuk memperlihatkan rasa hormat dan rasa peduli kepada customer yang membutuhkan bantuan Anda. Beberapa detik yang hebat itu akan menentukan seberapa senang dan nyamannya perasaan customer Anda. (2). Detik-detik pelayanan Anda seharusnya menjadi detik-detik yang menyalurkan energi kebaikan kepada customer. Sebab, saat energi kebaikan Anda bergerak memasuki jiwa dan raga serta pikiran customer, maka Anda telah memberikan pelayanan sempurna dalam wujud kebaikan sejati Anda. (3). Selalu memberi senyum yang tulus dan selalu memberi perhatian yang tulus kepada customer, adalah sebuah sikap positif yang wajib Anda miliki saat memberikan pelayanan terbaik Anda. (4). Berikan tatapan mata yang penuh kasih kepada customer; bersikaplah penuh bersahabat kepada customer; berikan senyum tulus dengan penuh niat baik untuk menolong customer; tunjukkan perhatian total dalam sikap hormat yang wajar dan tidak berlebihan kepada customer Anda. (5). Jadilah pribadi yang melayani customer dalam moral dan etika pelayanan terbaik. Jangan pernah abaikan untuk memberikan sikap baik Anda kepada customer Anda. (6) Pastikan Anda tidak menjadi robot pelayanan, tapi Anda menjadi pribadi baik hati yang tulus melayani setiap customer dengan sikap baik Anda. (7). Jadilah diri sendiri yang mampu mempengaruhi customer melalui sikap sabar dan penuh perhatian. (8) Pastikan Anda memiliki energi positif yang tercermin dari tatapan mata, senyuman, suara, dan empati yang tulus untuk membantu kebutuhan customer.
Djadendra telah memperkenalkan beberapa strategi menarik untuk dilakukan oleh para karyawan. Semuanya ini lebih ditujukan untuk menarik minat dari para pelanggan sehingga pelanggan tersebut bisa memiliki rasa simpati kepada organisasi yang ada. Dengan kata lain pelanggan menjadi loyal kepada organisasi tersebut. Hal menarik lainnya dikatakan bahwa senyum yang kita berikan kepada setiap orang tersebut ternyata sangat bermakna baik kepada para pelanggan tetapi juga memberikan rasa ketenangan batin kepada orang yang memberikan senyum tersebut. Dan hasil lainnya adalah bahwa orang yang menerima senyum kitapun merasa damai dan senang menerimanya. Selain Poerwodadi, S. H. (2008) mengatakan bahwa dengan senyum yang kita berikan kepada pelanggan, maka kita akan menarik lebih banyak lagi pelanggan yang akan berkunjung ke perusahaan kita. Ditambahkan bahwa pada waktu kita tersenyum, kita akan mengaktifkan 13 otot wajah, sebaliknya pada waktu kita cemberut maka secara tidak sadar kita telah mengaktifkan 47 otot wajah. Poerwodadi mengatakan jika kita cemberut, maka sebenarnya kita sangat terlalu boros menggerakan otot wajah kita, dan hasil akhirnya malah membuat orang yang berada diahadapan kita justru menjadi kesal karena melihat bentuk wajah kita yang sangat aneh tersebut. Jadi sebenarnya dari kejadian cemberut itu didapatkan banyak hal negatif selain lawan bicara kita bosan atau tidak senang dengan perilaku kita, ternyata juga memberi kegiatan ekstra bagi otot wajah kita.
Mengacu pada beberapa pendapat tersebut diatas, maka sebenarnya perawat yang selalu cemberut di ruang perawatan kelas II-III RSOB tersebut sudah mempraktikkan 47 otot wajahnya. Dans ecara tidak langsung perawat tersebut telah memberi pupuk yang banyak kepada otot wajh tersebut untuk terus tumbuh dan berkembang dengan suburnya sehingga tidak memberi kesempatan kepada 13 otot wajah lainnya untuk bisa berkembang. Suatu hal yang sangat disayangkan. Ternyata dengan tidak senyum saja, perawat tersebut sudah mendapat banyak kerugian baik bagi dirinya, pasien-keluarnya maupun bagi rumah sakit.
Kerugian-kerugian tersebut diantaranya adalah :
1. Wajahnya akan menjadi cepat kendor sebelum waktunya.
2. Dengan selalu cemberut sebenarnya perawat tersebut telah menanam rasa janggal didalam hatinya. Hal ini sebenarnya termasuk dalam kategori stress. Sebagaimana kita ketahui bahwa stress itu sebenarnya menyebabkan terkurasnya adrenalin dalam tubuh kita sehingga jantung kita akan bekerja lebih tinggi dari biasanya. Apabila terus menerus dalam kondisi ini, maka suatu saat nanti perawat tersebut bisa mengalami gangguan kesehatan terutama yang berkaitan dengan masalah jantungnya.
3. Dengan cemberut, orang yang berada disekitarnya menjadi benci atau tidak senang dengannya. Dengan demikian perawat tersebut sebenarnya telah menutup pintu dirinya sendiri untuk bisa hidup sosialisasi dengan orang lain.
4. Pasien dan keluarga menjadi tidak betah di ruangan dimana terdapat perawat tersebut, sehingga mereka sebenarnya memiliki pendapat ”lebih baik cari rumah sakit lainnya”. Lebih mahal pun tidka apa-apa asal perawatnya ramah dan menyenangkan.
5. Rumah sakit mengalami kerugian karena pengunjung akan berkurang jika melihat perawatnya memberikan pelayanan dengan tidak ramah (tidak tersenyum).
6. Masyarakat akan mengalami kerugian (mendapat pelayanan yang tidak profesional) karena perawatnya tidak bisa senyum.


















BAB V
PENUTUP


A. KESIMPULAN
a. Hospitality (keramahtamahan) adalah suatu proses hubungan antara seorang tamu dan orang yang melayani tamunya; merupakan suatu impian dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang ramah dari pelaku kesehatan.
b. Quality assurance (QA) adalah usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. QA ini merupakan salah satu faktor penting dan fundamental bagi manajemen RS itu sendiri dan para stakeholder. Dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit.
c. Dimensi Kualitas yang memberikan kepuasan kepada pasien adalah: (a) Responsiveness, atau kecepatan; (b). Assurance atau jaminan dan kepastian; (c) Tangibles. Penampilan fisik, baik bangunan, desain interior dan eksterior, penampilan petugas, dokter, perawat, dan petugas lainnya, termasuk alat-alat kesehatan (tehnologi) yang ada; (d) Empathy, yaitu ungkapan tulus dengan turut merasakan apa yang dialami oleh pasien; dan (e) Reliability atau keandalan
d. Salah solusi untuk meningkatkan kepuasan pasien adalah dengan cara “memulai dengan senyum; senyuman yang tukus yang datangnya dari dalam hati”

B. SARAN
Bagi Rumah Sakit
Hendaknya pihak rumah sakit memberikan pelatihan kepada perawat untuk mengembangkan diri terutama menigkuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan hospitality in nursing service sehingga bisa mengetahui bagaimana cara “senyum” dan memahami maknanya.
Bagi Perawat
Tersenyumlah dalam setiap derap langkah dan sentuhan tanganmu kepada setiap pasienmu karena senyum yang Anda berikan ternyata memberi kesan yang tak pernah berakhir
Bagi Masyarakat
Hendaknya masyarakat terus menerus memberi kritik saran dan bila perlu mengeksposekan semuanya baik melalui surat khabar maupun media elektronik lainnya agar perawat sendiri tau akan tindak tanduknya dan dengan demikian perawat bisa memperbaiki diri. Semuanya hanya satu tujuannya, yaitu agar perawat bisa membenah diri dan pada akhirnya bisa memberikan pelayanan yang lebih professional kepada masyarakat secara keseluruhan.


DAFTAR PUSTAKA


Djajendra (2008). Costumer Service adalah Kerja Tim, Bukan Kerja Individu. http://kecerdasanmotivasi.wordpress.com/2008/11/13/customer-service-adalah-kerja-tim-bukan-kerja-individu/. Diakses Senin, 8 Desember 2008.

Djajendra (2008). Senyum Tulus Anda adalah Mahakarya Kebaikan. http://kecerdasanmotivasi.wordpress.com/2008/11/05/senyum-tulus-anda-adalah-mahakarya-kebaikan/. Diakses Senin, 8 Desember 2008.

Djajendra (2008). Tersenyum Tulus Kepada Customer. http://kecerdasanmotivasi.wordpress.com/2008/12/05/tersenyum-tulus-kepada-customer/. Diakses Senin 8 Desember 2008.

Hafizurrachman (2008). Service Management. Materi Kuliah disampaikan pada Mata Kuliah Hospitality in Nursing Service, FIK UI Semester I Oktober 2008. Tidak dipublikasikan.

Lusa, J. S. (2007). Hubungan Quality Assurance dengan Kepuasan Pasien Rumah Sakit, http://jsofian.wordpress.com/2007/04/17/mengukur-kepuasan-pasien-rumah-sakit/. Diakses tanggal 3 Desember 2008, pukul 17.00 Wib
Poerwodadi, S. H. (2008). Kiat Sukses Dalam Pergaulan dan Modern Entertraining. ISBN: 979-9276-12-6

Puswanto, S. (2007). Kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit, http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/kepuasan-pasien-terhadap-pelayanan-rumah-sakit/ Tanggal 8 Desember 2008, pukul 07.00 Wib

SENYUMAN MOTHER TERESA DARI CALCUTA

SENYUM, kemiskinan, kritik, dan pengharapan bagaikan sebuah simfoni yang terus mengalir dalam kehidupan seorang kecil "Mother Teresa" dari Kalkuta. Sebagai pribadi, ia amatlah bersahaja. Namun demikian, hatinya menyimpan segudang cinta yang sangat melegenda.
Sebuah bukti pelayanan yang sangat diluar kemampuan manusiawi. PERAWAT!!!! Akankah jiwa pelayananmu akan dirasuki ole semangan pelayanan MOTHER TERESA?
MARI dan BERJALANLAH BERSAMA MOTHER TERESA dari Kalkuta.

Salam

Fetomalae